Mayoritas juga mengalami derajat sedang (66,7%) dan derajat ringan (33,3%) DA, dengan kasus DA berat dikecualikan karena menerima terapi kortikosteroid sistemik sesuai panduan. Dermatitik atopik merupakan gangguan keseimbangan sistem Th1-Th2 yang disebabkan oleh paparan alergen dan ditandai dengan berbagai gejala klinis yang bervariasi yang dapat dievaluasi menggunakan indeks SCORAD. Efek positif probiotik dalam mengatasi kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai jalur aksi, dimana setiap jenis probiotik memiliki efek yang khas.Â
Terapi antihistamin juga dapat memengaruhi sistem imun, dan ini juga perlu dipertimbangkan dalam penelitian. Konsep mengenai sel T regulator (Treg) menjadi penting, dimana Treg berperan dalam mengatur homeostatis sistem imun dan memiliki peran dalam mengendalikan perkembangan penyakit alergi. Treg dapat memengaruhi respons inflamasi dan merubah peran sel dendritik (DCs) menjadi efektor utama dalam menentukan fenotip sel Th1, Th2, dan Th17. Treg juga dapat langsung menghambat aktivasi sel Th2 yang spesifik terhadap alergen, sehingga mengurangi produksi sitokin-sitokin seperti IL-4, IL-5, IL-13, dan IL-9 yang berperan penting dalam reaksi alergi. Selain itu, Treg memiliki peran dalam menekan inflamasi pada kondisi alergi dengan memengaruhi sel mast, basofil, dan eosinofil, serta berinteraksi dengan sel di jaringan untuk mengatur remodelasi jaringan. Dengan demikian, peran signifikan Treg dalam mengembalikan keseimbangan Th1-Th2 berpotensi memperbaiki nilai indeks SCORAD pada kondisi dermatitis atopik.
Pada jurnal Efek  Suplementasi  Probiotik  Oral  Sebagai  Terapi  Tambahan  pada  Pasien Dermatitis Atopik: Sebuah Tinjauan Sistematis telah dilakukan tinjauan sistematis, efek yang diberikan oleh suplementasi probiotik oral yang dilihat dari indeks SCORAD dan indeks yang mengukur kualitas hidup pasien menunjukkan dampak positif. Hal ini dilihat dari seluruh hasil studi yang menyebutkan bahwa penurunan dari indeks SCORAD pada pasien menunjukkan hasil yang signifikan. Begitu juga dengan peningkatan dari kualitas hidup pasien, sebanyak 6 dari total 7 studi menunjukkan hasil yang signifikan. Patogenesis dari dermatitis atopik masih belum dapat dipahami dengan jelas. Penyakit ini diduga merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara kerusakan sawar kulit, abnormalitas imun, serta lingkungan.Â
Pada disregulasi imun, terdapat beberapa komponen selular yang terlibat seperti sel Langerhans, sel inflammatory dendritic epidermal, monosit, makrofag, limfosit, sel mast, dan keratinosit. Seluruh faktor ini kemudian berinteraksi sehingga menimbulkan ketidakseimbangan sitokin bifasik yang mengarah pada dominasi sel Th2 pada fase akut IL-4, IL-5, IL-10, dan IL-13, serta Th 1 pada fase kronis IFN- , IL-12 dan IL-18. Telah banyak studi yang mengaitkan perubahan mikrobiota kulit dengan modulasi imun yang disebabkan oleh kerusakan pada fungsi sawar kulit. Meskipun demikian, terdapat fokus baru mengenai faktor dalam patogenesis dermatitis atopik, yaitu hubungan antara mikrobiota usus dan modulasi imun. Populasi mikrobiota usus ini dapat diubah oleh probiotik yang nantinya akan memberi efek terapeutik pada inangnya melalui modulasi imun dengan menyeimbangkan sitokin pro- dan antiinflamasi. Perlunya suplementasi probiotik ini diawali dengan pernyataan Hipocrates 460-370, bahwa seluruh penyakit berawal di usus. Pernyataan ini merupakan gagasan awal yang menyebutkan bahwa bakteri mempengaruhi kesehatan. Dalam beberapa dekade terakhir, penelitian mengenai probiotik yang membantu perbaikan dalam penyakit eksim telah banyak diselidiki.
Pada jurnal Manfaat Probiotik dalam Perawatan Kulit: Review telah ditemukan bahwa probiotik bukan hanya digunakan  secara oral namun juga secara topikal, terbukti terdapat 50 produk dengan klaim yang mengandung probiotik. Berdasarkan beberapa penelitian, penggunaan probiotik secara topikal dalam perawatan kulit dapat mempercepat proses regenerasi kulit. Beberapa perusahaan telah memasukkan bakteri atau dalam produk krim kulit dengan klaim bahwa ini membantu mengembalikan keseimbangan mikroorganisme dalam tubuh manusia dan menghasilkan kulit yang lebih sehat dan bersinar. Meskipun ada persepsi umum bahwa bakteri dan mikroorganisme berpotensi berbahaya, sebagian dari mereka, seperti yang ada dalam saluran pencernaan, sebenarnya membantu dalam pencernaan, melawan mikroorganisme penyebab penyakit, dan memproduksi vitamin. Banyak mikroorganisme dalam produk probiotik memiliki sifat yang serupa atau mirip dengan mikroorganisme alami yang ada dalam tubuh manusia. Beberapa probiotik yang paling umum digunakan yaitu Enterococcus, Lactobacillus, dan Bifidobacterium. Dalam industri kosmetik, penggunaan probiotik sebagai "bahan bioaktif" dalam mengembangkan produk perawatan kulit untuk meningkatkan keindahan dan kesehatan kulit telah dikenali. Jenis produk ini dapat berupa aplikasi topikal seperti losion tubuh, serum, serta sabun. Salah satu jenis bakteri yang sering dimasukkan dalam produk kosmetik adalah Lactobacillus, yang digunakan sebagai bahan bioaktif, dan di samping itu, produk perawatan kulit juga mengandung hasil metabolisme bakteri, seperti asam laktat dan asam hialuronat. Manfaat-manfaat dari probiotik dari jenis bakteri ini berpotensi memperbaiki kondisi dermatitis atopik, karena pemberian losion, sabun, maupun sabun dengan tambahan probiotik dapat mempercepat regenerasi kulit serta melembabkan kulit dari penderita dermatitis atopik yang umumnya kering.
Kesimpulannya, penggunaan probiotik terbukti dapat memberi efek baik pada peyembuhan dermatitis atopik.
Source:
Abdul Karim, A., Trisniartami Setyaningrum, T., & Cita Rosita Sigit Prakoeswa, C. Efek Pemberian Lactobacillus plantarum IS-10506 terhadap Indeks Scoring Atopic Dermatitis (SCORAD) Pasien Dermatitis Atopik Dewasa Derajat Ringan-Sedang: Uji Klinis Acak Terkontrol, Tersamar Ganda. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, 31(3), 85-92.https://e-journal.unair.ac.id/BIKK/article/view/14910
NAILATUL, F. (2022). Efek Suplementasi Probiotik Oral Sebagai Terapi Tambahan pada Pasien Dermatitis Atopik: Sebuah Tinjauan Sistematis (Doctoral dissertation, Universitas Andalas). https://doi.org/10.25077/jikesi.v4i2.849
Oranje, A. P. (2011). Practical issues on interpretation of scoring atopic dermatitis: SCORAD Index, objective SCORAD, patient-oriented SCORAD and Three-Item Severity score. In Pathogenesis and Management of Atopic Dermatitis (Vol. 41, pp. 149-155). Karger Publishers.
Pratiwi, E. D., & Susanti. (2021). Manfaat Probiotik dalam Perawatan Kulit: Review. Majalah Farmasetika, 6(4), 359. https://www.researchgate.net/publication/355907150_Manfaat_Probiotik_dalam_Perawatan_Kulit_Review
Uwaezuoke, S. N., Ayuk, A. C., Eze, J. N., Odimegwu, C. L., Ndiokwelu, C. O., & Eze, I. C. (2022). Postnatal probiotic supplementation can prevent and optimize treatment of childhood asthma and atopic disorders: A systematic review of randomized controlled trials. Frontiers in Pediatrics, 10, 956141. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9437454/