Mohon tunggu...
Amir Mahmud
Amir Mahmud Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger Lepas

Blogger lepas yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Bercita cita ingin mengembangkan desanya melalui sedikit keahlian menulisnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Karena Selalu Berpikir Positif, Kualitas Hidupku Jadi Lebih Baik

15 Agustus 2018   23:30 Diperbarui: 16 Agustus 2018   00:44 1438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mir, katanya calon jodohmu itu dari kalangan xxx ya ? awas nanti dia pemalas"

Sebuah SMS yang datang secara tiba tiba dari Kakak saya yang membuat saya trauma berat selama beberapa minggu. Pasalnya, saya ini memiliki trauma dengan orang yang memiliki sifat malas. Jadi, dulu saya pernah hidup dengan orang dengan kebiasaan tersebut. Sedangkan saya sendiri bisa di bilang anak yang sangat rajin. Maaf bukan lagi pamer, tapi banyak orang bilang ke saya begitu. Dan saya ini sangat benci sekali dengan sifat pemalas, bukan dengan orangnya yang malas, tapi sifatnya karena membuat saya trauma.

Karena saya harus berhadapan dengan sifat pemalas, saya banyak sekali berkorban. Korban perasaan, korban pikiran, korban waktu, tenaga, biaya, dan banyak lagi yang lainya. Yang paling menyakitkan adalah korban perasaan yang membuat hati saya sangat sakit, sampai sampai saya harus minta bantuan seorang Kyai untuk di dem demi (di berikan solusi) karena saking sakitnya. Yang akhirnya saya di kasih air doa, dan Alhamdulillah sekarang sudah lebih baik. Bukan hanya itu, saya juga pernah sakit sakitan karena harus berhadapan dengan sifat pemalas, sebulan sampai 3 kali hiks hiks.

Karena kakak saya bilang begitu, saya yang dulu suka menganalisa masa depan, sering berpikiran negative bahwa apa yang di katakanya itu benar.

"bagaimana jika jodoh saya nanti orang pemalas, apa saya harus menderita lagi seperti dulu?"

"bagaimana jika jodoh saya nanti orang pemalas, apa saya harus menderita lagi seperti dulu?"

Dan seterusnya...

Seperti itulah yang ada di pikiran saya, dan membuat saya jadi sangat tersiksa. Padahal saya tidak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan.

Permasalahan 2

Dulu, saya pernah kalang kabut karena ketakutan kalau kalau rumah saya akan dijual oleh orang yang tidak bertanggung jawab karena saat itu keluarga saya sedang tertimpa masalah. Saya sampai nangis karena saking takutnya kalau sampai rumah saya benar akan dijual. 

"Bagaimana keluargaku nanti. Bagaiamana saudaraku yang di perantauan sana kalau lagi pulang kampung tapi tau taunya rumahnya dijual" Pikir saya dalam hati yang selalu negatif

Dan ternyata anggapan saya itu salah besar karena rumah saya masih ada sampai sekarang dan tidak di jual.

Dan ternyata pikiran negative itu 98% tidak pernah terjadi. Lagi lagi itulah kebiasaan buruk saya, yaitu suka berpikiran negative, suka mengandai andai dan berpikiran yang tidak tidak tentang masa depan. Bukan hanya itu, saya juga seringkali berselisih dengan Kakak saya karena dari dulu suka berpikiran dan berprasangka negative tentangnya. Apa yang di katakan oleh Kakak saya, seringkali saya berprasangka buruk dengannya, padahal yang ia katakan benar. 

Solusi permasalahan

Pada akhirnya, saya belajar tentang ilmu positif thinking atau berpikir positif dari buku, video, juga artike artikel di internet yang membuat hidup saya jauh lebih baik dan lebih tenang.  Dari situ saya banyak belajar tentang arti berpikir positif, seperti berpikir positif terhadap diri sendiri, berpikir positif terhadap orang lain, berpikir positif terhadap pada Tuhan, dan  semua hal lainya.

Berbagai sugesti positif dari berpikir positif. Dok. shutterstock
Berbagai sugesti positif dari berpikir positif. Dok. shutterstock
Kunci utama yang saya terapkan di pikiran saya yaitu "pikiran negatif itu 98% tidak pernah terjadi, percayalah" dan memang benar tidak terjadi.

Efeknya, penyakit kebiasaan menganalisa masa depan, kebiasaan berprasangka buruk tentang suatu hal yang akan terjadi di masa depan, kebiasaan berprasangka buruk tentang orang lain, dan pikiran pikiran negative yang saya lakukan sekarang sudah mulai hilang. Saya mulai untuk selalu berpikir positif tentang semua hal. 

Sekarang, hidup saya jadi lebih baik dan sudah tidak lagi berpikiran negative karena selalu saya tutup dengan berpikir positif. Dan ternyata berpikir positif itu nikmat sekali. Karena berpikir positif, pikiran negatif tentang rumah saya yang saya pikir akan di jual ternyata tidak benar, saya pun sangat lega sekali. 

Karena berpikir positif, SMS dari kakak saya pun saya abaikan dan tidak saya pedulikan. Rasanya pun jadi lega. Saya tidak terlalu memikirkan tentang jodohku seperti apa nantinya. Jalani saja karena semua orang punya kekurangan dan kelebihan masing masing, aliasnya tidak ada yang sempurna, termasuk saya sendiri. Kalo saya berpikir negative terus, nanti malah saya gak dapet dapet jodoh.

Karena yang terjadi di masa depan hanya Tuhan yang tahu. Kalau saya sok pintar dengan berani menebak masa depan, memangnya saya Tuhan, wah dosa besar saya kalau sampai begitu.

Karena selalu berpikir positif, hubungan saya dengan kakak saya pun jadi lebih baik. Dulu saya seringkali cekcok mulut karena saya sering berpikiran negative tentangnya. Tapi semenjak saya selalu berpikir positif, hal itu sudah jarang terjadi.

Karena berpikir positif, saya juga jadi bisa banyak memaklumi dan tidak memvonis orang sembarangan. Misalkan jika saya melihat seseorang memiliki perilaku buruk, saya tidak langsung menganggap...

"ah dia anak nakal, pasti dia bukan orang baik dan suka mabuk mabukan"

Saya tidak langsung memvonis seperti itu, tapi saya pahami dulu dengan berpikir positif, bahwa apa yang saya pikirkan belum tentu benar, berpikir positif saja pokonya. Karena seperti saya singgung di atas, seburuk apapun orang pasti ada sisi baiknya. Sebaliknya, sebaik apapun orang pasti ada sisi buruknya, termasuk diri kita sendiri. Mungkin dia yang saya anggap nakal, pasti ada alasanya. Bisa jadi karena kurang kasih sayang dari orang tua, atau karena lingkungan sekitarnya, positif thingking saja.

Nah, karena saya selalu berpikir positif, kehidupan saya pun jadi lebih baik dan  lebih tenang. Saya jadi tidak suka berpikiran negatif tentang masa depan atau orang lain, ataupun memvonis orang sembarangan. Dan tentunya dari Energi Baik yang di hasilkan dari bepikir positif, perkataan yang keluar dari mulut saya pun jadi lebih terjaga, sehingga hubungan baik dengan orang lain pun semakin terjaga.  

Energi baik itu layaknya gas bumi yang secara konsisten di distribusikan oleh perusahaan Gas Negara untuk kebutuhan masyarakat dan juga industri. Tanpa adanya adanya gas bumi, manusia pasti sulit menjalani kehidupan. Karena sekarang mau masak lebih mudah pake gas, mau jalan pake gas (bensin), dan banyak sisi kehidupan lainya yang begitu membutuhkan peranan gas bumi. Tanpa adanya gas bumi, bisa jadi, kita akan seperti di jaman purbakala. Maka dari itu, ayo sebarkan energi baik agar kehidupan pun jadi lebih baik

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun