Mohon tunggu...
Tenggang2 Lopi
Tenggang2 Lopi Mohon Tunggu... Buruh - perahu keseimbangan

lahir di desa Samaran. mungkin salah satu tanda bahwa harus berjalan dalam samar, atau samar jika sedang berjalan. entahlah. . . .

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sikap Proporsional Kasihan Kita kepada Teman

19 Juni 2021   17:50 Diperbarui: 19 Juni 2021   18:33 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam diri manusia ada banyak gejolak hati dan rasa yang sepertinya harus bijak untuk diungkapkan dan dikelola. Ada misalnya rasa berani harus dikelola supaya beraninya tidak ngawur. Berani boleh asal berdasar benar supaya tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Apalagi jika beraninya bisa dikontrol sampai pada tingkat baik, maka keberanian yang diungkapkan dalam sikapnya berbuah kebijaksanaan. Meskipun tak sedikit orang juga yang tak paham terhadap sikap keberanian kita yang berdasar baik tersebut---dengan menghujat kita.

Tapi hujatan itu tidak lantas membuat kita menjadi patah arang. Sebab sandaran hati kita bukan pada apa yang orang lain lihat dan nilai pada diri kita. melainkan rule Allah melalui sunnatullah atau krentek ati untuk melakukan sesuatu atau tidak sama sekali.

Rasionya jelas. Bahwa kita yang diciptakan Allah, harus punya kemandirian sikap dan kebijaksanaan keputusan untuk berniat dan melakukan sesuatu untuk Allah. Sikap dasar itu bukan karena kita nggemedhe roso, yang merasa paling baik di hadapan Allah. Sikap tersebut merupakan jalan tol menjalani hidup untuk sampai pada tujuan dengan efisien dan semoga selamat. Tidak terhambat kemacetan urusan tujuan dan niat yang salah terhadap kehidupan dan dunia, sehingga membuat energi kita terkuras habis dan kelelahan menjalani kehidupan yang tidak sebentar ini---menurut hakikat hidup.

Maka kepada manusia kasihan atau iba ketika kita melihatnya menderita itu boleh, asal tepat dan pas kadarnya. Ada rasa kasihan atau iba yang itu juga baik dan memang dibutuhkan oleh yang kita kasihani---karena merupakan kepanjangan tangan dari kasih Allah.

Tapi tidak lantas karena kita bertujuan kepada Allah, setiap melihat teman atau minimal sahabat kesusahan atau sedang tak berdaya, maka kita selalu merasa kasihan dan iba untuk menolongnya. Iba atau kasihan itu baik sebagai bentuk rasa kasih kita kepada teman atau sahabat, tapi jangan lantas melemahkan teman atau sahabat kita dengan terus kita kasihani. Sebab teman atau sahabat kita itu juga manusia yang punya kelengkapan dari Tuhan untuk bisa mandiri dan survive berjuang dari ujian Tuhan.

Justru karena ujian yang membuat teman atau sahabat kita menderita atau sengsara itu, dia bisa berjuang menguatkan kualitas dan performa fungsi dirinya dalam menghadapi ujian tersebut. Jadi, ujian itu bukan semata-mata untuk melemahkan teman atau sahabat kita sehingga dia menjadi menderita dan tak berdaya sepanjang hidup. Sebab kehidupan dunia itu selalu berpasangan, ada siang ada malam, ada air ada api, ada ibu ada bapak, ada kehidupan ada kematian, ada penderitaan ada kebahagiaan, ada kesengsaraan ada kemudahan dan kesenangan, juga di balik kesulitan ada jalan keluar dan kasih saying Tuhan.

Peran kita hanya sekedar membantu sebisa kita jika teman butuh untuk didengarkan curhatannya untuk menemukan solusi atau jalan keluar, atau butuh tenaga dan pikiran kita untuk membuatnya semangat dan bangkit dari keterpurukan sementara dari ujian Tuhan. Asal kita jangan pernah merasa berjasa karena telah mengentaskan teman dari permasalahannnya, sebab Yang menghidupkan dan mempertemukan kita di dunia ini adalah Allah. Sang Maha Jooss.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun