Mohon tunggu...
amin yeremia siahaan
amin yeremia siahaan Mohon Tunggu... Lainnya - penyuka buka fiksi dan sejarah...

Historia Magistra Vitae

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Musim Panas Penghabisan

18 Januari 2023   06:12 Diperbarui: 18 Januari 2023   06:25 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baru kali ini saya membaca buku novel dengan metode yang unik. Ricarda Huch, si pengarang, menyajikan korespondensi surat antar-tokoh untuk mengekspresikan jalan cerita. Si tokoh A kirim surat ke tokoh B, A ke C, lalu B ke D, begitu pola seterusnya. Layaknya sebuah surat, ada nama pengirim, nama yang dituju, tanggal surat, dan isi surat.

Novel ini berisi kronologis surat-menyurat para tokoh dalam kurun waktu Mei-Juli yang mengambil latar belakang perlawanan mahasiswa dalam pemerintahan Tsar Rusia. Singkatnya, Yegor Von Rasimkara, Gubernur di salah satu daerah, menutup universitas dan menangkapi mereka yang terlibat dalam protes menentang rezim, termasuk dosen.

Demi alasan keamanan, Gubernur dan keluarganya pindah ke tempat yang lebih aman. Tidak hanya itu, demi keamanan si Gubernur, istrinya, Lusinya, mendatangkan satu pemuda untuk menjaga suaminya seharian di rumah. Namun, niat baik Lusinya justru menjadi bumerang karena Lyu, si pemuda, adalah aktivis yang disusupkan dengan agenda utama: membunuh si Gubernur.

Pasangan suami istri ini memiliki tiga anak, dua perempuan dan satu laki-laki. Karena sering berinteraksi dengan Lyu, dua anak perempuan mereka, Jessika dan Katya jatuh cinta pada saat bersamaan, dan akhirnya Katya, si adik, mundur demi kakaknya dan pindah ke rumah tantenya. Lusinya sendiri berharap memiliki menantu laki-laki seperti Lyu. Seandainya Lyu berasal dari kalangan terdidik, ia tidak keberatan salah satu anak perempuannya dipinang Lyu. Dan kalau itu terjadi ia lebih memilih Jessika. Hanya saja niat itu ia urungkan, dan kepergian Katya adalah pilihan tepat. Tetapi, lagi-lagi ini menjadi blunder.

Bersama Peter, sepupunya yang cintanya ditolak mentah-mentah Katya, mereka terlibat dalam kegiatan yang membuat Rasimkara marah. Dua anak muda ini mengorganisir para mahasiswa untuk mengajar mahasiswa selama kampus mereka ditutup. Mereka memang sedikit banyaknya mendukung mahasiswa dan berharap Rasimkara mau mendengar tuntutan mahasiswa. Meskipun mereka mengatakan kegiatan ini tidak ada hubungannya dengan aktivitas para pemrotes, tetap saja Rasimkara kuatir kegiatan mereka itu akan disusupi dengan ide-ide perlawanan kepada rezim.

Kembali ke Lyu. Ia sering berkorespondensi kepada kawannya, yaitu Konstantin. Salah satu isi suratnya meyakinkan Konstantin jangan kuatir bahwa ia akan mundur dari tujuan utamanya. Di surat yang lain, ia meminta kawannya itu untuk menyiapkan mesin tik untuk dipakai Gubernur.

***

Rasimkara akhirnya menyetujui ide Lyu untuk menggunakan mesin tik. Istrinya pun mendukung. Rencana Lyu berhasil. Suatu waktu mesin tik rusak dan harus dikirim ke kota untuk diperbaiki. Agenda utama semakin dekat. Lyu meminta Konstantin untuk menseting huruf Y di mesin tik sebagai pemicu ledakan.

Tidak terlalu jelas apakah target Lyu hanya Rasimkara si Gubernur saja, atau seluruh keluarga. Namun, sepertinya dari interaksi yang cukup lama, Lyu sepertinya tidak tega jika tiga anak mereka harus ikut terbunuh juga. Karena itu, setelah Katya pergi, dua anak mereka yang lain juga pergi meninggalkan rumah untuk belajar ke Paris, yang juga didukung oleh Lyu. Bagaimana dengan Lusinya? Dalam beberapa bagian, Lyu terlihat tidak tega jika ia juga harus menerima konsekuensi dari perbuatan suaminya. Tetapi karena Lusinya cinta mati kepada suaminya itu, yang akan selalu menemai suaminya meski ia sendiri selalu dilanda kekuatiran setiap hari, pun akhirnya menerima nasib naas bersama suami tercinta. 

Hari eksekusi telah tiba. Lyu teringat Jessika, anak Gubernur yang menyukainya. Ia menghibur diri. Masa berkabung hanya sebentar saja, dan ia percaya Jessika akan kembali ceria. Sesuai rencana, mesin tik telah dimodifikasi sedemikian rupa. Momen menegangkan itu terjadi ketika Gubernur sedang berduaan dengan istrinya. Ah, kasian Lusinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun