Perdebatan lainnya, masih soal gender stereotipe, adalah tokoh Dian yang dicap perempuan tidak benar semakin dikukuhkan karena ia tidak memakai jilbab seperti Bu Tejo, Yu Ning, dan ibu-ibu lainnya. Pada masa sekarang, jilbab tidak lagi sebagai atribut beragama, tetapi sebagai juga atribut sosial. Ada pergeseran nilai.
Sama halnya orang yang memakai kalung salib, tidak serta merta menjadi soleh, toh, banyak juga yang memakainya karena persoalan tren berpenampilan di publik. Karenanya, kurang tepat bila film Tilik seakan-akan "menguatkan" perempuan yang tidak benar biasanya juga tidak memakai jilbab.
Selebihnya, saya berharap genre film seperti Tilik akan terus bermunculan, dan terus memancing diskursus, karena itu jauh lebih bermakna untuk membangun peradaban. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H