Sudah sejak November 2011 (6 bulan tepatnya) saya tidak update tulisan di Kompasiana, sehingga sebuah alasan aKan saya lontarkan kepada diri saya sendiri khususnya, dan seluruh member Kompasiana tentunya. Betapa disaat semangat untuk menghasilkan tulisan-tulisan bermutu (belajar-red) masih menggebu akhirnya pun kandas juga seiring waktu dengan berbagai kesibukan, problemantika kehidupan. Namun keinginan tersebut akhirnya mulai bangkit kembali setelah beberapa hari ini kembali menengok tulisan-tulisan di Kompasiana, rasa kangen itu pun muncul untuk menjadi bagian terbaik di komunitas ini. Sebelumnya ada sebuah hal yang ingin saya sampaikan, beberapa waktu lalu saya menulis beberapa artikel dibawah ini:
Kisah Resign : Balas Dendam
Kisah Resign: The Best Choice is Resign
Kisah Resign: Mr. Mengeluh juga Pergi
Kisah Resign: Keluar atau Terus Tertekan
Kisah Resign : Cafe Gila Kisah Resign : Pahlawan Kantor Kisah Resign : Lari dari Masalah Merupakan hasil pengamatan dan analisa ringkas saya terhadap berbagai fenomena resign di beberapa perusahaan. Bahkan saya pun memberanikan diri mengirimkan beberapa tulisan tersebut untuk diterbitkan ke beberapa penerbit, dengan janji saya apabila tema di atas diterima. Maka saya akan melengkapkan dengan beberapa tulisan agar dapat dicetak dalam sebuah buku. Beberapa penerbit pun membalas, jawaban utamanya adalah "kami saat ini belum dapat menerbitkan tema-tema di atas". Sebagai penulis pemula rasa kecewa pun datang sehingga beberapa bulan kemudian akhirnya saya menjauhkan diri dari dunia tulis menulis. Klasik memang alasan saya tersebut, selain hal di atas pada akhir 2011 saya juga sedang dihadapkan kondisi ingin resign dari perusahaan lama. Seakan-akan menjadi sinergi dengan tulisan saya sebelumnya. Setelah berfikir, berdiskusi, menimbang, melihat, memutuskan akhirnya saya memutuskan resign pada pertengahan Februari 2012. Ternyata memutuskan resign tidak semudah saat saya menulis tulisan saya di atas. Di karenakan saya sudah memiliki istri serta 2 orang anak, sehingga saya harus membuat alasan yang tepat agar langkah saya pun tepat. Alasan yang saya ambil adalah dikarenakan 'lokasi kerja yang terlalu jauh', untuk diketahui saya berdomisili di wilayah Cengkareng sedang kantor lama di Depok. Sehingga tidak memungkinkan bagi saya untuk pulang-pergi setiap hari (pernah saya coba dalam 1 tahun, namun fisik saya menjadi melemah karena sering kelelahan, SAKIT-RED). Semoga alasan ini menjadi yang terbaik, sesungguhnya ada beberapa alasan lainnya, namun saat menghadap ke jajaran manajemen alasan inilah yang saya ungkapkan. Terkait alasan lainnya hanya saya jadikan masukan untuk perusahaan yang saya tinggalkan. Sekarang saya berkantor di sekitar Jatinegara, dibanding Depok ternyata jarak tempuhnya lebih singkat sehingga saya berkesempatan untuk bisa pulang-pergi setiap hari. Namun ada paradoks yang saya temukan, ternyata beberapa bahkan mungkin 40%an rekan kerja di kantor baru berdomisili di wilayah Depok, Bogor dan sekitarnya. Haaaa..... Kawan saya akan kembali meramaikan Kompasiana, do'akan saya istiqomah... amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H