Mohon tunggu...
Aminullah
Aminullah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Hanya manusia ber - Tuhan, yang bisa bertahan.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tiupan Malam

24 September 2015   01:03 Diperbarui: 24 September 2015   01:29 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Serpihan kain meluntur di antara permukaan wajah
Entah mengapa itu semua kurelakan
Saat kumelihat hujaran debu menantang tiupan angin
 
Seorang kakek berjalan di permukaan trotoar
Sambil memikul hasil dalam proses
Demi menemukan tilas untuk hari kemenangan
 
Kujejaki langkah kakinya satu persatu
Kemana Kakek itu yang menerobos pintu dalam tikaian debu
Menulusuri kehidupan baru tanpa menghiraukan hinaan dan
Pujian.
 
Dalam anganku, betapa banyak godaan sambil merangkul di pundakku
Dan kain luntur kini membaur di permukaan bumi itu
Kian menjauh dalam keinginan penerus masa depan
 
Kelam membayangnya.
Kusam menghinanya.
Dan tilam pun menjauhinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun