Serpihan kain meluntur di antara permukaan wajah
Entah mengapa itu semua kurelakan
Saat kumelihat hujaran debu menantang tiupan angin
Â
Seorang kakek berjalan di permukaan trotoar
Sambil memikul hasil dalam proses
Demi menemukan tilas untuk hari kemenangan
Â
Kujejaki langkah kakinya satu persatu
Kemana Kakek itu yang menerobos pintu dalam tikaian debu
Menulusuri kehidupan baru tanpa menghiraukan hinaan dan
Pujian.
Â
Dalam anganku, betapa banyak godaan sambil merangkul di pundakku
Dan kain luntur kini membaur di permukaan bumi itu
Kian menjauh dalam keinginan penerus masa depan
Â
Kelam membayangnya.
Kusam menghinanya.
Dan tilam pun menjauhinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H