Mohon tunggu...
Money Pilihan

Sukses Budidaya Ikan Lele dengan Modal Rp 1 Juta

5 Maret 2017   22:54 Diperbarui: 8 Maret 2017   22:00 3966
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mujain dan beberapa anggota KTC

Makanan hasil olahan ikan digemari hampir setiap orang, entah dalam bentuk ikan segar atau pun bentuk olahan lain seperti baso ikan, siomay ikan, nugget ikan, dan lain sebagainya. Namun tidak semua ikan yang diolah didapat dari hasil laut namun banyak industri yang kini mulai mengembangkan ikan air tawar.

Usaha budidaya ikan air tawar semakin hari semakin menggiurkan. Menurut laporan Badan Pangan PBB, pada tahun 2021 konsumsi ikan perkapita penduduk dunia akan mencapai 19,6 kg per tahun. Meski saat ini konsumsi ikan lebih banyak dipasok oleh ikan laut, namun pada tahun 2018 produksi ikan air tawar akan menyalip produksi perikanan tangkap.  Mengapa demikian, karena produksi perikanan tangkap akan mengalami penurunan akibat overfishing. Ikan di laut semakin sulit didapatkan. Bahkan bila tidak ada perubahan model produksi, para peneliti meramalkan pada tahun 2048 tak ada lagi ikan untuk ditangkap.

Oleh karena itu, guna memenuhi kebutuhan ikan masyarakat dunia, diperlukan peningkatan produksi budidaya ikan air tawar sebagai subtitusi ikan laut. Sehingga kita bisa memberikan ruang kepada biota laut untuk berkembang biak. Terlebih lagi, Indonesia merupakan tempat yang tepat untuk membudidayakan ikan tawar karena memiliki cukup lahan untuk membuat tambak ikan. Selain itu, konsumsi ikan penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2016, tingkat konsumsi ikan di Indonesia mencapai 41,11 kg/kapita.

Hasil olahan ikan air tawar yang banyak digemari masyarakat adalah ikan lele. Meski rumah makan olahan ikan lele sudah banyak menjamur di seluruh Indonesia, terutama di Pulau Jawa, budidaya ikan lele ini masih menjadi “primadona” masyarakat yang tinggal di desa. Salah satunya Mujayin, pria asal Desa Pangauban, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pemuda berusia 27 tahun ini sukses membuat kelompok pembudidaya ikan lele yang diberi nama Karo Tangga Campur (KTC) di lingkungannya.

Mujayin bercerita, mendirikan kelompok pembudidaya ini tidak mudah. Usaha yang dirintis pada tahun 2010 ini pernah mengalami kerugian kaena faktor cuaca yang menyebabkan tambak lele rusak dan benih lele banyak yang mati. Selain itu, pengetahuan tentang tata cara budidaya ikan lele yang baik juga menjadi kendali anggota kelompok saat itu. Beruntung, Mujayin dan anggota kelompok lain mendapat pelatihan dari berbagai pihak mengenai buidaya ikan lele. Sampai akhirnya Mujain memiliki gagasan dengan menerapkan 1 kolam tambak setiap anggota kelompok ditambah modal Rp 1.000.000.

Dengan banyak tambak dan penerapan budidaya yang baik, lele yang dihasilkan pun memuaskan dari segi kualitas dan kuantitas. Saat ini, lele dari kelompok tersebut sudah memasok ke berbagai kabupaten dan kota sekitar Indramayu-Cirebon.

Meskipun demikian, Mujayin belum bisa terhindar dari masalah, salah satu masalah yang kerap dihadapi anggota kelompok adalah pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, Mujayin dan kawan-kawan mengikuti pelatihan Program FEED Mobile yang digagas oleh Mercy Corps Indonesia soal pengelolaan keuangan.

Mujayin menceritakan sejak mengikuti pelatihan pengelolaan tersebut, dirinya bisa mengatur keuangan, terutama pemisahan pembukuan antara pengeluaran pribadi dengan pengeluaran usaha. Ditambah lagi, lanjutnya, pengelolaan keuangan keseluruhan dari kelompok tersebut makin transparan. Selain itu, Program FEED Mobile juga memberikan pengarahan akan pentingnya menabung di bank.

DI tahun 2017 KTC yang dipimpin Mujayin telah memiliki 25 kolam tambak yang akan ditambah lagi seiring waktu berjalan. Mujayin berharap di masa depan dirinya bisa memasok ikan lele di luar Pulau Jawa dengan kualitas yang terbaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun