tatkala itu kudapati teratai di pinggiran kota,
dan kurebahkan tubuhku yang letih,
di ranjang teratai di suguhkan
kau-aku saling memandang.
bibir-bibir kita tak saling berucap,
karena malu dengan teratai yang kita semai
karena malu dengan nafas-nafas kita yang saling memburu di altarnya.
teratai,
tatkala itu, kau kecup aku dengan keringatmu,
dan kau lukis dadaku dengan kata,
dan kau ciptakan hamparan bunga dengan ciuman pendekmu,
teratai,
tatkala itu, kau tinggalkan kenangan didadaku.
Purwokerto 3 Juni 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H