Â
Tuhan memang tidak merancang kamu untuk melukis senyumku,
tetapi jangan kau gunakan ujung penamu untuk menghujam jantungku.
Tuhan memang merancang kamu untuk orang lain,
tetapi jangan lupakan Tuhan juga mengatur sedikit waktumu untuk bertemu aku.
Tuhan memang merancang aku untuk orang lain,
tetapi jangan lupakan Tuhan juga menyemai bibit-bibit rindu yang tak pernah menjadi subur meskipun kita sirami dengan bejana temu.
Aku!
Aku sendiri arkeolog itu,
Tak perduli dalamnya bentala waktu mengubur sejarah mu,
Ku gali bongkahan fosil yang kau sebut kenangan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!