Mohon tunggu...
Amina M.Iqbal
Amina M.Iqbal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demokrasi di Era Media Baru

5 September 2016   12:32 Diperbarui: 5 September 2016   13:04 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setiap hari, kita membaca ataupun mendengar berita tentang Pilkada Jakarta di tahun mendatang. Partai politik, aktivis, dan media berlomba-lomba membangun opini publik yang baik tentang bakal calon gubernur usungan mereka.

Dalam kompetisi besar seperti ini, peran media memberikan dampak besar. Iklan-iklan politik kini tidak hanya disalurkan secara intrapersonal ataupun melalui media cetak. Media-media baru seperti media sosial berpotensi besar dalam memberikan pengaruh terhadap pandangan masyarakat mengenai perpolitikan dan juga aktor-aktornya dalam negeri. Angkatan Muda Parta Golkar (AMPG) adalah salah satu kelompok yang membahas hal ini lebih dalam dan berencana untuk memanfaatkannya sebagai strategi dalam pemilihan umum selanjutnya.

Fahd El-Fouz, Ketua PP AMPG menuturkan, “Kemudahan yang ditawarkan internet membuat demokrasi terdigitalisasi. Demokrasi digital dalam pengertian yang paling sederhana dapat dimengerti sebagai aktivitas politik yang memanfaatkan aplikasi web 2.0 dalam upaya sosialisasi politik, pencitraan, partisipasi hingga penggalangan dukungan.” Hal ini menunjukkan bahwa media bisa menjadi pilar penting dalam penentuan elektabilitas seorang bakal calon pemimpin daerah ataupun negara. Adanya media-media baru memungkinkan para calon untuk secara langsung berkomunikasi dengan khalayak ramai dan melalukan aksi persuasif yang memperbesar peluang mereka untuk menang dalam pemilihan.

Berita-berita dalam internet dapat dengan mudah diakses oleh setiap individu. Namun, masih relevankah mereka? Apakah media saat ini berkata jujur? Banyak dari masyarakat yang sudah minim rasa percaya terhadap media, banyak pula yang dapat dengan mudah terpengaruh oleh opini yang dibentuk media tanpa menyaring dan mengkonfirmasi informasi tersebut lebih dahulu. Media tidak lagi bersifat netral, bahkan beberapa media dikuasai oleh para aktor politik yang tentu memiliki kepentingan terhadap kedudukannya dan lembaga politik penyokongnya.

Kita dituntut untuk bersikap lebih pintar dalam menerima kemajuan ini, dimana kebebasan semakain kebablasan. Penggunaan media baru tidaklah salah. Menjadi salah jika didalamnya mengandung unsur-unsur pesan politik yang propaganda atau bahkan menyudutkan pihak lain. Kita perlu untuk memilah dan mengkonfirmasi setiap informasi yang kita peroleh sehingga opini yang terbentuk dalam diri kita bukanlah opini atas dasar satu sumber namun banyak sumber dan bersifat kritis.

oleh : Ade Indriani Siagian

NIM : 07031281520198

Jurusan/Kelas : Ilmu Komunikasi/B

Kampus : Universitas Sriwijaya

Dosen Pengasuh : Nur Aslamiah Supli, BIAM, M.Sc

(Sumber berita: http://news.liputan6.com/read/2593061/ampg-golkar-nilai-media-sosial-bentuk-opini-masyarakat, diunduh pada tanggal 04 September 2016, pukul 18.25 WIB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun