Ungkapan Vox Populi Vox Dei (Suara Rakyat Suara Tuhan) mungkin sudah sering kita dengar di era demokrasi ini. Terlepas dari banyaknya pihak yang pro maupun kontra menanggapi istilah ini. Di satu sisi ada yang mengatakan bahwa yang menjadi suara masyarakat secara mayoritas adalah sebuah suara kebenaran. Di sisi lain, sebagian orang menentang kalau logika mayoritas belem tentu sebuah kebenaran. Singkatnya, yang banyak belum tentu benar. Tapi disini, saya tidak ingin terlalu mendalam membahas dan mencari mana yang benar diantara kedua pernyataan tersebut. Konteks “suara rakyat” disini bukan hanya saat rakyat menyumbangkan “suaranya” pada momentum pemilihan umum. Tapi lebih dari itu, jeritan suara rakyat yang ingin makan, pekerjaan, pendidikan gratis, jaminan kesehatan, keamanan dan segala macam perubahan kearah yang lebih baik lagi. Terlepas, siapapun yang dipilihnya untuk menjadi pemimpin, saya pikir semua rakyat (khususnya rakyat kecil) menyuarakan hal itu dalam hatinya. Dalam konteks ini tidak ada salahnya ketika menyebut Suara rakyat adalah Suara Tuhan (suara kebenaran).
Mari kita melihat realita di Negara tercinta ini. Suara Tuhan tersebut malah dijadikan modal buat para “Setan” yang haus kekuasaan. Ketertindasan, kemiskinan, kebodohan, dan segala macam kekurangan rakyat Indonesia yang selama ini disuarakan adalah ladang “basah” buat para setan menyampaikan janji janji politiknya. Ya, Suara Tuhan tersebut malah menjadi bekal buat para setan untuk berjanji membawa perubahan. Janji yang merupakan sebuah ucapan yg menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat sudah pasti wajib hukumnya untuk di tepati. Tapi sayang, disini yang sedang berjanji adalah setan. Tentu kita semua sudah tau hasilnya.
Tak ada niatan untuk mengeneralkan semua calon pemimpin atau calon wakil rakyat adalah setan. Tulisan ini hanya berkaca dari jejak belasan tahun demokrasi di negri ini. Kerap kali jeritan suara rakyat (suara Tuhan)hanyalah bekal untuk mereka yang ingin menjadi pemimpin atau ingin duduk sebagai wakil rakyat di gedung yang megah. Setelah mendapatkan apa yang di inginkan, mereka berpesta dengan memperkaya diri melalui korupsi dan tindakan tindakan yang tak bermoral. Apa salah ketika meng “klaim” mereka adalah SETAN?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H