Mohon tunggu...
Amien Laely
Amien Laely Mohon Tunggu... Administrasi - menyukai informasi terkini, kesehatan, karya sendiri, religiusitas, Indonesia, sejarah, tanaman, dll

Tak ada yang abadi. Semua akan basi. Sebelum waktu disudahi. Musti ditanya seberapa banyak telah mengabdi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Kipas Angin

3 Oktober 2016   17:28 Diperbarui: 3 Oktober 2016   17:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Punggungnya sedikit bungkuk
Mungkin bebannya terlalu berat
Menanggung debit angin bertumpuk-tumpuk
yang harus dihembuskannya sepanjang hayat

Lehernya pun lelah tak tertahankan
Menggeleng sepanjang waktu
Ke kiri dan ke kanan
Membagi hawa ke segala penjuru

Kaki kurusnya sudah tak kokoh lagi
Lapuk dimakan usia
Cengkeramam jari kakinya kian lunglai
Menjejak ke lantai semampu yang dia bisa

Hanya semilir angin yang menyelamatkannya
Agar tak dibuang di sudut gudang

Tuhannya tlah lama menceraikannya
Tuannya tak pernah henti memerahnya

Entah sampai kapan dia akan seperti itu
Mungkin hingga tuannya merasa malu
Atau saat roh tak lagi bisa ditahan
Tak bergerak mati dan terdiam

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun