bunga yang kauberi sudah kuubah jadi batu
agar darinya kudapati kenangan abadi tak layu-layu
kini dia jadi bunga pualam
aromanya wangi, parasnya ayu menawan
senandungnya melengking merdu
mengalunkan lirik-lirik pilu
dia terlindung nyaman dalam dinding kokoh berbahan abu
yang dicetak dari adonan hati yang telah beku
dan dibakar seribu cerita di dalam tungku waktu
jika senja tiba senyumnya mengembang
karena sejenak lagi malam menyambang
lalu dia bisa menanam mata air di gurun matanya
dan menumpahkan seluruh nyeri dari palung hatinya
yang tertahan seharian
bunga batu menyemai damai di kegelapan malam
memahat lekat anggunnya kepalsuan
menguntai ulang pedih, mimpi dan harapan
yakin kan bisa dicipta kembali
mahkota indah yang memancarkan bahagia abadi
meski benangnya tersulam dari serpih-serpih hati
dan rasa sakit yang telah mati
bunga batu.......
mengapa pilumu kau sembunyikan di balik pelangi rindu
apa rasamu tlah beku kehilangan gentar
hingga hanya tersisa cerita sakit yang memudar
dan kisah heroik di hamparan sabar dan tegar
Jakarta, 11 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H