Malam ini jiwanya jengah memandang awan yang belagu
Benaknya menyerah pada lelah yang membelenggu
Malamnya diserahkan pada ujung jari, terserah apa yang dia mau
Adakah hendak bercerita tentang tanah
Yang darinya manusia diciptakan
Atau tentang udara
Yang memberi bumi kehidupan
Atau dia ingin menjawab pertanyaan
Mengapa Tuhan tidak menciptakan manusia dari udara saja?
Barangkali dengan itu dia bisa terbang
Melarikan diri dari beban hidupnya yang tak kunjung hilang
Sedangkan kawan-kawannya terlimpah penghasilan bergantang-gantang
Hidup mereka senang berkecukupan
Tapi dia urungkan tatkala hendak mengadu pada Tuhan
Untuk diciptakan saja dari udara
Setelah dia tahu
Bahwa udara yang menghidupkan itu
Ternyata pula yang mematikan
Ah, siapa yang memberi nama dirinya "manusia"?
Mengapa tak berjuluk "tumbuhan" saja
Atau "hewan" atau apa saja asal bukan "manusia"?
Manusia itu nestapa
Selalu ada duka di balik bahagia
Manusia itu pendosa
Ringan berdusta mudah berangkara murka
Manusia itu pelupa
Tak ingat pada daftar amal dan pahala
Yang dibentang di langit-langit rumahnya
Lalu dia terdiam........
Dan menarik nafas panjang
Mengingat-ingat lagi betapa sudah sepekan ini otaknya tiba-tiba menjadi brilian
Sejak peristiwa malam purnama itu
Ketika di bawah pohon kenari dia sendirian
Lalu datang selintas bisikan
Tentang rahasia besar para insan
Dikatakannya bahwa Pangkal kehancuran kalian adalah karena Tuhan menciptakan dari tanah
Bukan dari udara
Bisikan itu pula yang mengusulkan
Agar dia menghadap Tuhan
Dan mengadu agar diputarnya waktu
Lalu menjadikan semua manusia dari udara
Agar menjadi yang tertinggi
Dan memberi kehidupan yang abadi
Pagi ini dia telah wangi dan berdandan rapi
Sudah bulat tekadnya untuk menggugat Tuhan
Dan meminta agar kisah penciptaan manusia dimundurkan ke belakang
Lalu manusia diciptaulang dari udara
Sebelum kakinya melangkah keluar rumah
Disempatkannya minta restu pada simbok, ibu yang menjadi penyejuk hatinya
Ditanyanya hendak kemana dia
Menghadap Tuhan dan meminta agar manusia dicipta ulang, jawabnya
Pergilah, kata ibunya
Simbok hanya nitip kamu siramkan air di gelas ini ke pangkal pokok kenari
Simbok sudah bacakan pada air ini fatihah berkali-kali
Sebelum kau siramkan, kau bacalah pula fatihah sekali
Lalu minumlah seteguk, agar imanmu kokoh jiwamu bernyali
Simbok sudah jengah pada setan kenari
Sepekan ini dia selalu menggoda manusia
Dan bersumpah akan menyesatkan semua pemuda di kampung kita
Diterimanya gelas air itu dengan gemetaran
Ucapan simboknya telah menyadarkan
Ternyata sepekan ini dia disesatkan
Oleh setan kenari di sudut halaman
Lalu dibatalkannya rencana menghadap Tuhan
Pagi ini dia kan kembali ke jalan terang
Dan tak lagi merasa diri paling brilian
Apalagi mengaku paling hebat paling beriman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H