Di sana kaulihat rupiah dan dolar
Berlalu-lalang berhingar-bingar
Menumpuk-numpuk menjadi bukit dan gunung
Lalu mengalirkan tawa terbahak-bahak dari kawahnya yang limbung
Sedangkan angin tak ingin diperintah apalagi dijajah
Kapan saja menerpa selama dia suka
Dan menerbangkan gunung-gunung
Mengeringkan sungai dan rawa
Mungkin dia marah
Kepada rupa-rupi yang hanya bungkus kardus kosong
Berisi sebutir kepalsuan dan seutas kebencian
Ada hamparan sawah di antara gunung dan sungai
Tapi hanya ditanam penderitaan dan keputusasaan
Mungkin karena benihnya disemai dari kerakusan
Atau ditanam oleh tangan yang hanya memerah peluh agar tak meracuni tubuh
Sampai kapan jatah tanah kan direbut dari bumi
Hingga pukul berapa udara dipingit tak boleh bertemu langit
Amarah telah jadi darah
Angkuh sekuat tenaga tlah direngkuh
Hanya petang yang mampu menghentikan
Kala mentari mesti pulang ke peraduan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H