Aku masih ingat kayuhan pertamaku di atas sepeda kecil itu,
dengan tangan bapak yang memegang erat dari belakang
dan keringat gugup yang sebesar biji jagung di dahiku.
Pelan-pelan ku kayuh, jatuh, ku kayuh lagi, jatuh lagi.
Tapi tak sedetikpun kepercayaan bapak hilang padaku.
Susah payah jatuh dan berdiri lalu jatuh lagi, tapi masih dipegang eratnya sepeda kecil itu dari belakang.
Dan akupun melaju, pelan semakin melaju, menjauh dengan tawa gugup dan senyum senang bapak.
Aku bisa bersepeda.
Dua puluh lima tahun mengayuh hidup,
dua puluh lima tahun menyusuri barmacam jalan, lurus, berbelok,
menikung, berputar balik, menukik turun, mendaki naik,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!