Bermegah-megahan di dunia sampai maut menjemput
Siapa di dunia ini yang tidak membutuhkan uang dan tidak menginginkan kekayaan. Pada dasarnya tentu sifat alami seseorang akan menginginkan keduanya, apalagi uang. Walaupun di dunia ini segalanya bukan tentang uang, namun nyatanya segala hal membutuhkan uang. Dalam agama islampun kita diharuskan untuk menyeimbangkan antara amal dunia dan akhirat, dunia yaitu salah satunya dengan bekerja, dan akhirat contohnya beribadah kepada allah. Memang kita diciptakan di dunia ini dengan tujuan hanya unuk beribadah kepada Allah, tapi tidak dalam artian setiap saat kita harus beribadah terus menerus. Karna selain beribadah kita juga diharuskan untuk menyeimbangkan amal dunia, contohnya seperti bekerja untuk menghasilkan uang agar bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Walaupun bekerja termasuk amal dunia tapi jika kita niatkan dengan baik untuk beribadah kepada Allah maka amalan dunia itu akan berubah menjadi amlan akhirat dan kita akan tetap mendapat pahala.
Mencari uang, menginginkan kekayaan dan kekuasaan, boleh-boleh saja asalkan tetap dijalan yang benar, jalan yang diridhai Allah yaitu dengan cara kita bekerja secara halal, dan jangan terlalu tamak, apalagi berlebih-lebihan sebab allah tidak suka sesuatu yang berlebihan.
Dalam surat at-takasur telah dijelaskan tentang larangan untuk bermegah-megahan dalam mencari harta. sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadist dari ibnu abbas: " Nabi Muhammad SAW membaca Alhakumut takaatsur, lalu beliau bersabda: " bermegah-megahan dalam harta adalah mengumpulkannya dengan cara yang bukan haknya, merintangi hartanya, dan mengkikatnya dalam bejana (bakhil)."
Dalam al-quran tidak ada penyebutan tentang kubur kecuali dalam surat ini (ayat ke-dua). Allah SWT menghinakan orang-orang yang disibukan dengan berbangga-bangga dengan banyaknya hartanya, banyaknya pengikut, besarnya kekuasaan, tingginya jabatan, besarnya penggaruh, ketenaran, dll, sehingga berpaling dari ketaan kepada Allah, sampai mereka mati dan dikuburkan dalam keadaan demikian dan belum bertobat.
Lalu pada ayat ketiga mengandung makna tentang pencgahan dan kecaman atas perbuatan memperbanyak harta, keturunan, berbangga-bangga diri denganya, serta peringatan bahwa mereka akan mengetahui akibat dari perbuatanya pada hari kiamat nanti. Al Qurtubi berkata : surah ini juga mengandung perkataan tentang adzab kubur, dan beriman kepadanya hukumnya wajib, mempercayainya adalah suatu keniscayaan, sesuai dengan apa yang telah dikabarkan oleh Rosul yang terpercaya.
Pada ayat keempat, terdapat huruf Tsumma yang berfungsi untuk menunjukan bahwa yang kedua lebih keras dari yang pertama. Pendapat lain mengatakan bahwa yang pertama adalah ketika mati atau didalam kubur dan yang kedua adalah pada saat hari kiamat.
Ayat kelima yang berati " jangan;ah begitu, kecuali kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yaqin" Â maksudnya yaitu manusia tidak akan dilalaikan dengan harta, pengikut, kemsyhuran, dll. Jika mereka mengetahui dengan pengetahuan yang yaqin bahwa Allah akan membangkitkan kalian pada hari kiamat dari kuburan kalian, niscaya banyaknya harta, anak, tingginya derajat, dll tidak akan melalaikan kalian dari ketaan terhadap Allah SWT, dan tentunya kalian akan segera beribadah kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, serta meaksanakan segala perintah dan menjahui larangannya.
Makna ayat keenam: Demi Allah, sugguh kamu akan melihat nereka jahim. Menurut suatu pendapat bahwa khitob ayat ini (pembicaran) bersifat umum. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Maryam:17 yang artinya " dan tidak ada seorangpun dari padamu, melainkan mendatangi neraka itu". Neraka dipersiapkan untuk orang-orang kafir dan tempat lewat (berlalu) bagi orang-orang mu'min.
Pada ayat ketujuh bermakna, bahwa sesungguhnya kemudian kamu akan melihat neraka jahim itu dengan mata kepalamu sendiri.
Dan pada ayat terakhir dijelaskan menurut Sebagian ulama ahli tafsir bahwa khitob dalam ayat ini bersifat umum (orang kafir dan mu'min), karena bedasarkan beberapa hadist, diantaranya diriwayatkam oleh Tirmidzi dari Abu Barzah, beliau bersbada : " tidaklah tergelincir kedua kaki seorang hamba pada hati kiamat hingga dirinya ditanyai mengenai empat hal, mengenai umurnya dihabiskan dalam hal apa, masa mudanya digunkan untuk apa, hartanya dimana didapat dan kemana dibelanjakan, serta mengenai apa yang dilakukan dengan ilmunya."
Harta, kekuasaan, keturunan, ketenaran, pengikut adalah suatu bentuk pemberian Allah yang masih bersifat netral, artinya bahwa hal tersebut bisa mengantarkan keselamatan dan kemuliyaan diakhirat kelak dan bisa juga membawa kehinaan dan kehancuran serta siksaan yang berat, semua ini tergantung pada setiap orang yang menyikapi dan menjalaniya.
Harta yang digunakan dijalan yang benar, kekuasaan yang dipergunakan untuk berbuat yang bermanfaat untuk banyak orang, ketenaran yang dijadikan wasilah untuk menyampaikan kebenaran, bernasab tinggi namun tetap rendah hati, pengikut banyak yang diajak untuk memperkuat persatuan dan kesatuan, semua Ini jika dijalankan dengan benar dan penuh keikhlasan maka akan termasuk kedalam amal baik yang dicintai oleh Allah SWT.
Kita semua pasti tau, bahwa untuk dicintai oleh Allah SWT tidaklah mudah, oleh karna itu belajar dan mengajilah dengan para guru dan para kiai yang memiliki kompetensi khususnya dalam ilmu keagaman, atau menambah ilmu dari para ulama' yang memiliki sanad sampai kanjeng Nabi Muhammad SAW.