Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS belum menjadi impian masyarakat Indonesia. Karena apa?, karena sebagian masyarakat apriori, pesimis terhadap pengobatan gratis yang selama ini terdengar ironis.Banyak yang seram, tragisdan miris.
Yang pesimis termasuk saya. Iklan dan berita tentang BPJS, lewat tanpa nyangkut di jidat. Untuk ikut? icch… gengsi, malu diri ini!. Dan lagi telah ada Assuransi Swasta yang saya miliki.
Tapi, setelah mendapat sosialisasi, bahwa program ini adalah wajib diikuti untuk gotong royong, saling mensubsidi. Saya tergerak untuk sekedar ingin mengetahui.
Apalagi setelah seorang sahabat Idola mengikuti. Dan berkisah bahwa dia mendapatkan layanan yang cukup manusiawi, maka iseng saya turut mengantri. Siapa tahu ada bahan tulisan yang menarik hati, saya pun berlagak bak jurnalis sejati.
Inilah kisah perjalanan mendaftar di BPJS. Pagi itu pukul 7.00 saya sudah hadir di kantor Askes/BPJS. Dengan berbekal niat awal: “menyumbang!”, yaitu, meskipun jadi peserta, tapi sumprit…. Saya tak ingin kartu tersebut saya gunakan. Amit-amit…… semua orang tentu tidak berharap sakit.
Saya gambarkan bagaimana si kon kantor cabang tersebut. Kantor hanya sebuah ruko. Ruang tunggu diisi 20 an tempat duduk untuk peserta,3 orang petugas berada di front office di depan komputer, dan seorang satpam yang sibuk.
Di halaman parkir dipasang tenda dengan ratusan kursi yang menyisakan ratusan orang yang berdiri tidak kebagian kursi. Tatkala saya datang, Masya Allah..., nomor antrian yang berjumlah 500 an telah habis. Saya cuma bisa mringis. Tetapi seorang karyawan bertanya manis :” Ibu mau mendaftar yang pakai iuran atau yang gratis?” Ketika saya jawab yang pakai iuran, ternyata ada pada lain antrian. Dan Alhamdulillah saya mendapat nomor 70 an.
Setelah proses ini dan itu dan menunggu hingga badan lesu, pada pukul 14.00 keluarlah nomor virtual account, untuk bayar iuran dulu. Petugas menganjurkan untuk bayar ke Bank agar lebih cepat, setelah itu, bukti transfer diserahkan ke kantor BPJS lagi, untuk mendapatkan kartu.
Sayangnya, saat itu semua bank yang terdaftar sedang offline, maka saya kembali ke kantor untuk membayar langsung. Duh duh ternyata yang offline dari BPJS pusat. Jadi di kantor pun semua gagal untuk membayar,Maka, dianjurkan untuk kembali esok hari.
Esok harinya, setelah saya bayar iuran ke Bank Mandiri, saya bawa bukti transfer ke kantor BPJS untuk menukar dengan Kartu. Disini perjuangan masih belum usai, dari jam 9.00 saya datang, jam 16.00 kartu baru selesai. Badan lunglai karena mengantri di parkiran di pinggir jalan berpolusi dan super ramai.
Mengeluhkah saya??????? Alhamdulillah tidak!!!, Mengapa? Karena saya menghargai petugas yang hanya beberapa orang itu melayani 600 lebih calon peserta dengan baik.
Ada beberapa pendaftar yang tidak sabar sehingga mengomel atau mendesak agar bisa cepat. Para karyawan tidak menanggapi dengan galak, dan tidak marah-marah seperti dulu kalau saya lihat pada layanan murah.
Saya hanya melihat petugas garuk-garuk kepala dan berkeringat, melayani sekian ratus manusia yang semuanya minta dipercepat. Di depan pengantri yang padat, di ruangyang meskipun ber AC namun membuat nafas mampat. Karena berjubelnya masyarakat. Salah satu orang yang saya apresiasi,adalah petugas Security. Dia Satpam multi fungsi, menjaga ketertiban dari kerumunan manusia, membagi formulir, memanggil nomor urut, memberikan hasil virtual account, menyerahkan kartu. Satu hal lagi, mampu menjawab apapun yang ditanyakan.
Itu tadi adalah pengalaman mengurus BPJS pada bulan Februari 2014. Ternyata tidak hanya mendapatkan bahan tulisan, tetapi juga lahan kebajikan, karena saya jadi bisa menjelaskan bagi yang membutuhkan. Diantaranya pada bulan Maret saya menguruskan untuk sahabat yang sakit kritis.
Setelah mencoba puluhan kali mendaftar via online dan gagal, maka saya datangi lagi kantor Askes. Masih dengan si kon yang sama, ditambah derasnya hujan, ratusan pengantri kuyup di emperan dan di bawah tenda di halaman.
Sedikit ada kemajuan, dari jam 7.00 pagi, selesai jam 17.00 sore hari. Cukup lumay, badan tidak lunglai, karena dalam 1 hari selesai. Dan ada berkah yang saya tuai. Saya mengambil formulir kosong untuk saya gandakan, karena banyak kenalan membutuhkan. Dan beberapa kali saya sempat menemani mereka untuk mendaftar ( Tapi suer saya bukan biro jasa atau calo lho!, hanya sekedar bantuan manis dan gratis)
Pada bulan April 2014 saya mengantar kerabat untuk mengurus BPJS, (lagiii???, kok ketagihan siii?. Hati-hati, berbuat baik kadang bisa bisa jadi adiksi… hi hi )
Setelah sukses mendaftar via online ( hebat kan?, ada kemajuan),lalu bayar di bank, tinggal urus Kartu. Saya benar-benar terkejut bin salut. Hanya butuh waktu 5 menit untuk penyerahan berkas dan penerimaan Kartu. Antrian juga telah dipisah di ruko lain. Meskipun masih banyak calon peserta, tapi terkoordinir dengan baik.
Alhamdulillah, semoga perbaikan layanan semakin sempurna. Sehingga masyarakat tidak lagi mendengar jargon “Kalau bisa dipersulit, kenapa harus dipermudah”
Semoga BPJS semakin mudah diakses,pengobatan juga beres, tidak sekedar ewess ewess….. Salam Sukses!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H