Jumantara namanya, lahir dibawah langit beralaskan tanah
bertubuh gempal dengan sejuta mimpi dalam bayangnya
senyum tak pernah luntur dari bibirnya bahkan ketika kerikil menembus kakinya.
.
.
.
/ Munafik memang ketika sakit tak dapat ditahan dia bahkan tetap tersenyum secerah arunika.
/ Yang selalu yakin akan datangnya rawi, walau tak pernah melihatnya dibalik awan hujan.
/ Yang selalu memandang langit dan bercerita, meski orang lain berkata sepi mendera.
/ Yang selalu berujar kalau dia tak pernah sendiri, karena langit adalah lukisan indah yang tak pernah terbatas baginya.
/ Sehingga dia lupa akan realita, bahwa langit tak selamanya memberi naungan dan kesejukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H