Mohon tunggu...
Laksmi P. Manohara
Laksmi P. Manohara Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Author Volkswagen and cat lover :) www.amikujira.blogspot.com www.soundcloud.com / Laksmi puspokusumo

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Enam Jurus Menyebarkan Berita

8 Februari 2015   05:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:37 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

DALAM era kecanggihan teknologi saat ini, orang sangat mudah memperoleh informasi atau berita. Dengan “senjata” telepon pintar, kita dapat mengakses berita di mana saja dan kapan saja. Media-media daring (online) mulai tumbuh dan berkembang bak jamur di musim hujan. Hal itu menjadikan kita tidak lagi bergantung pada media-media cetak atau televisi. Informasi-informasi tersebut lalu dengan mudah pula dapat disebarkan sesuka hati pada laman-laman media sosial, sehingga membuka ajang diskusi dengan sesama teman maya. Sayangnya, terkadang kita tak menyadari efek yang mungkin ditimbulkan jika berita itu belakangan diketahui tidak benar.

Informasi yang tidak akurat dapat membawa dampak negatif yang cukup besar jika disikapi dengan kurang tepat oleh pembacanya. Sudah banyak kita saksikan “perdebatan” di dunia maya yang terjadi hanya karena berita yang disebar telah menimbulkan persepsi beragam. Bahkan, lebih parah, dapat memunculkan bibit perpecahan karena masing-masing pembaca berusaha mempertahankan persepsinya.

Menurut mantan Ketua Umum Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) periode 2011-2014, Eko Maryadi, rata-rata 6 dari 10 media daring diketahui melanggar kode etik jurnalistik. Pelanggaran terbanyak adalah persoalan akurasi data. Atas nama kecepatan, banyak jurnalis media daring mengabaikan akurasi, kelengkapan, dan keberimbangan berita. Prinsip 5W+1H seakan terlupakan.

Kenyataan itu tidak seharusnya membuat kita menjadi anti terhadap media daring. Sebagai pembaca, kita mungkin tidak punya kuasa mengendalikan laju berita. Kita hanya bisa mengendalikan jempol kita sendiri untuk tidak terburu-buru menekan tombol “share”. Ada baiknya terlebih dahulu kita mendalami jurus-jurus menyebarkan berita, seperti yang dianjurkan oleh Lembaga Newspaper In Educations (NEI), sebuah organisasi yang mewadahi para jurnalis pendidikan di seluruh dunia.

Pertama, membaca sebanyak-banyaknya artikel pada topik yang sama. Kedua, membaca informasi dengan hati-hati. Ketiga, amati hal-hal detil yang disampaikan dalam artikel. Keempat, susun kerangka pemikiran. Kelima, cek keberimbangan berita, lalu putuskan.

Jika dijabarkan satu per satu, maka jurus pertama dapat diartikan sebagai anjuran untuk menggali sebanyak-banyaknya informasi dari berbagai sumber. Tentunya terkait dengan topik yang sama. Sumber yang diambil bisa berasal dari berbagai media, atau jika memungkinkan, mengecek sendiri ke lapangan. Semakin banyak artikel yang dibaca, semakin banyak keterangan yang dihimpun, diharapkan kita bisa menarik informasi selengkap dan seakurat mungkin.

Jurus kedua artinya, sebelum nekat menyebarkan suatu berita, kita perlu memahami topik yang disajikan. Sebaiknya kita juga mengetahui siapa jurnalisnya, dan mencari tahu mengapa berita tersebut perlu ditulis. Hal lain yang tak kalah penting adalah memastikan judul telah mencerminkan isi berita. Media yang sehat tidak akan mencantumkan judul menyesatkan. Sebaliknya, pembaca yang baik, akan teliti membaca isi artikel sampai tuntas dan berusaha memahami tulisannya.

Pada jurus ketiga, kita dianjurkan untuk mengamati hal-hal detil yang disampaikan dalam artikel. Misalnya, memperhatikan apakah nara sumber yang digunakan memiliki kompetensi yang mumpuni atau tidak. Suatu berita akan tersaji dangkal jika nara sumber diragukan kredibilitasnya. Apalagi jika hanya menyajikan opini dari jurnalis, tanpa disertai fakta yang jelas. Hal tersebut dilakukan agar kita tidak sembarang membuat kesimpulan hanya didasarkan pada asumsi semata.

Jurus keempat, penting untuk melihat apakah fakta-fakta yang tersaji dalam artikel itu mampu membentuk opini kita sendiri mengenai berita tersebut atau tidak. Jika tidak, berarti kita masih harus mencari tahu lebih banyak lagi untuk melengkapi potongan-potongan informasi yang ada.

Pada jurus kelima, kita diminta untuk melakukan cek dan ricek. Artikel yang baik memuat informasi dari dua belah pihak dalam satu tulisan. Kecenderungan media daring saat ini adalah menyajikan artikel pendek dengan informasi seadanya. Informasi lanjutan baru dapat dibaca pada artikel berikutnya. Pemecahan berita seperti ini, dapat menghilangkan esensi dari berita itu sendiri. Adalah hak pembaca untuk memperoleh berita yang benar, bukan hanya berita yang membuat media menjadi tenar. Jika media-media itu terlihat sulit menyediakan berita berimbang, maka tugas kita sebagai pembacalah yang mengumpulkan potongan-potongan berita menjadi satu kesatuan yang utuh.

Jurus terakhir menyarankan kita untuk mengambil keputusan menyebarkan berita jika kita telah yakin dapat bertindak seperti ksatria. Yaitu berani mempertanggungjawabkan isi berita yang kita anggap layak untuk dibagikan. Pertanggungjawaban tersebut tidak hanya pada sesama manusia saja, melainkan juga kepada Tuhan. Menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya, dapat menjadi bumerang untuk kita sendiri.

Jurus ala NEI di atas sangat penting untuk dilakukan, sebelum kita telanjur menjadi agen pelopor diskusi yang tidak bermanfaat. Dengan rutin melaksanakan setiap jurus tersebut, niscaya kita akan terlatih mengendalikan diri. Sejatinya, menjaga keutuhan silaturahim antarsesama umat adalah prioritas utama. Hati boleh saja gemas, tetapi jempol harus tetap tenang.***

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun