JOKOWI DIANTARA SURYA PALOH DAN MEGAWATI
Pencitraan dan Loyalitas Partai..... Mana yang dipilih
JOKO Widodo adalah Presiden Pencitraan Jilid II setelah dimulai saat rezim SBY "Presiden Pencitraan Jilid I" ketergantungan Jokowi terhadap Media sudah sangat kentara. Tanpa Media apalah artinya sosok seorang Jokowi. kemanapun dia pergi pasti ada media yang membuntutinya secara gerombolan. Berita yang tidak produktif dan mendidik selalu saja tersaji tanpa mengindahkan Perannya sebagai Pemimpin yang berani, tegas dan lebih mengedepankan kenirja daripada cuap sana cuap sini yang tidak berbobot "Tong Kosong Bunyi Nyaringnya".
Sebagai penyambung lidah jokowi Maka didaulatlah Juru Bicara Utama Jokowi, yang tidak lain adalah Metro TV. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Metro TV over all out mendukung Jokowi untuk mendapatkan singgasana kekuasaannya. Hal ini dimulai saat Propaganda menjelang PilGub Jakarta, PilPres bahkan hingga sekarang. Segala jurus dikeluarkan sampe-sampe jurus Mabuk juga tidak ketinggalan. DEmi Jokowi Metro TV tanpa malu dan tanpa mengindahkan Kode Etik Jurnalistik yang independen. Semua yang benar bisa salah. Semua yang salah bisa jadi benar.
Pengaruh seorang Surya Paloh sangat dominan dalam penentuan kabinet hingga kebijakan strategis pemerintah. Sedikit demi sedikit konspirasi antara Suya Paloh, Kekuasaan Komunis China via Agen James Riadi dan Jokowi "Presiden Boneka" sudah terkuak.
Dengan resmi menunjuk politisi Partai Nasdem, HM. Prasetyo sebagai Jaksa Agung baru. Hal ini menunjukkan bahwa Jokowi ternyata tidak mampu melawan tekanan dari Surya Paloh. Bahkan Pengaruh surya paloh terhadap Jokowi sudah hampir menyamai Seorang Megawati,
Saya yakin akan ada persaingan pengaruh antara Megawati dan Surya paloh yang akan berakibat rusaknya sendi-sendi demokrasi dan akhirnyapun rakyat jadi korban.
Saya pun memprediksi 2 tahun kedepan kekuasaan Jokowi akan segera dilengserkan dan JK akan menjadi Presiden RI ke 8. Dengan cepat seperti kilat Golkar akan bergabung dengan koalisi Konspirasi kekuasaan "NasDem, Hanura dan PKB". Sedangkan PDIP sekali lagi akan gigit jari. Akhirnya mereka pun menjadi Kelompok Sakit Hati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H