Mohon tunggu...
amie retna wulan dewi
amie retna wulan dewi Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Saya seorang wiraswasta yang semula menjadi karyawan swasta. Hobi saya menulis, membaca, dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ketika Pelajaran Eksak Itu Sama dengan Film Horor

7 September 2018   13:54 Diperbarui: 7 September 2018   14:56 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu ketika memasuki SMA, phobia saya terhadap pelajaran Eksak seperti bergeser menjadi "trauma". Ketika kelas 1 SMA, sebenarnya guru yang mengajar Matematika sangat berbeda jauh dengan Si Guru "Killer" ketika SMP. Meskipun sama-sama perempuan, namun ia tampak ramah dan bersahabat, murah senyum, cukup lemah lembut dan cara mengajarnya pun cukup tenang. Namun entah kenapa, nilai ulangan saya tak pernah bagus. Sepertinya kali ini yang bermasalah bukan gurunya, melainkan otak saya sendiri!

Begitupun dengan pelajaran fisika, tak juga bisa saya pahami. Lagi-lagi hanya Biologi(yang merupakan pelajaran hapalan) yang saya kuasai. Lalu muncul pelajaran baru yaitu Kimia, yang semakin membuat pusing kepala.

Dan ketika saya pindah kota dan pindah sekolah ketika kenaikan kelas 2, "musuh" saya di kelas 2 ini adalah Guru Fisika. Ya, mata pelajaran yang semakin lama menurut saya semakin "ruwet" tsb semakin diperparah dengan ekspresi wajah dan sikap sinis seorang guru pria yang mengajarnya, yang membuat saya antipati.

Sedangkan guru Kimia saat itu, ia malah terkesan "matre", karena ia membuka les tambahan kimia di luar sekolah dengan dikenai sejumlah biaya. Cukup banyak anak yang mengikuti les tsb, termasuk saya yang seorang "anak pindahan", karena diajak teman sebangku dan dijanjikan nilai lumayan "baik" di rapor bila mengikuti les tsb. 

Namun saya hanya satu caturwulan saja mengikutinya, karena terkendala soal biaya yang harus dibayarkan setiap minggunya. Untuk bayar SPP bahkan ongkos ke sekolah pun sering kesulitan, apalagi harus ditambah biaya les tambahan!

Barulah ketika kelas 3 SMA saya bisa benar-benar bernafas lega telah "berpisah" dengan pelajaran Eksak karena saya memilih jurusan IPS. Meskipun ada juga pelajaran matematika dasar, namun porsinya sedikit dan diajarkan secara Ekstrakurikuler atau waktunya di luar jam pelajaran.

Apa yang saya alami dulu semasa sekolah, sepertinya menjadi cerita klasik tentang pelajaran Eksak. Meski telah banyak orang yang "mengkampanyekan" bahwa pelajaran Matematika itu mudah, Matematika itu menyenangkan, namun realitanya tidak seperti itu. Apalagi jenis pelajaran lain seperti Fisika dan Kimia, faktanya tidak mudah dan tidak menyenangkan untuk mempelajarinya.

Mungkin dibutuhkan Kreativitas dan Kecerdikan yang tinggi bagi para guru yang mengajar pelajaran di bidang Eksak, supaya mampu memberikan materi pelajaran secara "enak" dilihat, didengar, dan dirasakan oleh murid, sehingga mudah masuk ke kepala mereka dan mudah untuk dipahami. Selain tentunya dibutuhkan juga sikap dan kepribadian guru yang ramah, bersahabat, dan menyenangkan, sehingga pelajaran yang sudah terlanjur dicap "seram" tsb tidak akan semakin terkesan "horor".

Bagi orangtua, mungkin sebaiknya lebih aktif dalam mendampingi putra-putrinya belajar di rumah dan membangun komunikasi yang baik dengan mereka, sehingga bila mereka menemui kesulitan dalam bidang pelajaran tertentu, bisa dicarikan dan ditemukan solusi terbaik secara bersama-sama. 

Namun jangan terlalu menuntut anak melebihi kemampuannya, hingga memaksakan anak untuk mengikuti banyak les tambahan tanpa mempertimbangkan bakat, minat, serta kondisi fisik dan mental anak. Jangan paksa anak anda menjadi anak yang serba bisa dan serba pintar, karena belum tentu ia merasa bahagia dan nyaman dengan hal tsb.

Dan bagi adik-adik yang masih sekolah, teruslah giat belajar dan jangan pantang menyerah. Kalau menemui masalah dalam pelajaran tertentu, teruslah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan. Namun bila akhirnya "mentok" juga seperti yang saya alami, jangan salahkan diri sendiri dan menganggap dirimu lebih "bodoh" dari orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun