Mohon tunggu...
Moh Amir
Moh Amir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Manusia berantakan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepalsuan

30 Juni 2014   20:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:08 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1404108372947384555

Oleh: Moh. Amir
ditulis malam 27 Juni 2014

Mila masih terpaku sunyi didepan laptop, layar terbuka Microsoft Word yang masih putih, bersih tanpa goresan font sedikitpun, selama 15 menit tetap saja begitu, entah apa yang ada dipikirannya. Sedikit aku mengusik lamunannya. “ mengapa Mil, kau terdiam bagai bisu?.” “ aku sedang menunggu inspirasi untuk menulis sebuah cermin.” Jawabnya. “kau tidak harus menunggu inspirasi, kau hanya perlu membuka mata” kataku padanya.

***

Sebelumnya, perkenalkan namaku Kosong, baru diganti beberapa menit setelah perkelahianku dengan waktu dan objek khayalanku yang tidak terkira dan tersembunyi sekaligus mengerikan! Maka, aku kini memuja kekosongan, bahkan diriku pun kosong lalu hilang, sebab, aku hanya bisa dikenal oleh orang lain yang berbicara mengenai aku, padahal semua apa yang mereka bicarakan bukanlah aku yang sebenarnya, lalu siapakah aku? Dan dimana aku?, Aku hilang dan kosong.

***

Mila adalah orang yang baru kukenal beberapa hari kebelakang, melalui temanku bernama Handphone, ia mengajakku berkenalan dan ingin belajar menulis bersamaku, dia Mahasiswi semester VI Fakultas Hukum salahsatu perguruan tinggi swasta di Bandung. “kita bertemu di Dago ya” katanya padaku, lalu menutup telepon. Aku melaju menggunakan sepeda motor baru tahun 80-anku yang menurut pemilik sebelumnya pernah membunuh nyawa ular di jalan buah batu saat malam hari. Mila wajahnya cantik, tinggi, rambutnya terurai rapi batas dada. “aku malu bertemu kamu” katanya padaku di atas motor. “simpan saja wajahmu di saku celana” timpalku.

***

Malam merayuku untuk bertasbih, lagi-lagi tasbihanku hanya untuk memuja kekosongan dengan pasrah, memulai tanpa titik juga tujuan, menggaruk kepala dengan pisau karena mati rasa, kuhisap aroma hangat perjalananku menggeret nyawa, sebab, malam ini tidak meyembunyikan gigitan dinginnya. Mila tamuku, dia tidur di kosanku malam ini, kupandang wajah cantiknya tanpa hasrat, namun dalam. Banyak yang ingin aku bicarakan padanya perihal dunia, tapi aku khawatir menggangu kenyenyakan tidurnya, kayaknya ia penat menemukan inspirasi tulisannya walau belum selesai. “Mil, apa yang kau lihat, dengar dan rasakan adalah kepalsuan”, gumamku dalam hati. Aku akan bicarakan itu diakhir cerita ini saja.

***

“Aaaaaggrrrhhhh…” teriak Mila membangunkan dari tidur sayupku. “ada apa?” tanyaku. “aku lapar” katanya. “bukanya tadi udah makan” timpalku agak sedikit heran. “aku lapar inspirasi kosong..”. aku mendekati Mila, wewangian ini sungguh kukenal namanya Blue Emotion, ya, itu parfum yang aku suka, dan ternyata dia sudah mandi, aku duduk tapat di depan Mila, ku pegang pundaknya, lalu kutatap matanya dengan dengan penuh tanpa bicara, aku merasakan tubuhnya bergetar kaku, selama 15 menit tanpa henti, "apa yang bisa kau ambil dari aku", kataku padanya yang kemudian bibir indahnya melukiskan sebuah senyuman manis, ingin sekali ku lumat habis, namun, aku khawatir itu akan melukainya, melukai wanita sama halnya dengan melukai Tuhan, kuurungkan niatku dan kembali tidur.

***

“Horeee..” teriak Mila kegirangan dan lagi-lagi membangunkan tidurku, “kosong aku telah menyelesaikan tulisanku”. “mana kulihat” kataku. Kubaca dengan seksama tulisannya, ia beri judul tulisannya “POTRET SIAPAKAH AKU”. Dengan nuansa filosfisnya aku tertarik dengan tullisan ini, penuh pengandaian-pengandaian yang mengajakku untuk sadar dan berpikir siapa diri ini sebenarnya . Selesai kubaca “ kirimkan saja naskah ini ke Bastard (salahsatu Koran ternama di Bandung), kriterianya sudah pas kok”, kataku. Akhirnya Mila mau mengirimkan tulisannya bak terhipnotis olehku. setelah beberapa hari kemudian, “kosong, aku sekarang mau traktir kamu makan, karna tulisanku diterima dan akan diterbitkan”. “selamat ya!” kataku. Lalu Mila tanpa ku sadari dengan cepat ia mencium pipiku. “aku cinta kamu, maukah kau jadi pacarku?” Tanya Mila. Aku menerima cintanya, dan mengambil pisau roti yang ada diatas meja, ku tusuk perutnya, darah bercucuran di lantai, semua orang yang ada di restaurant teriak tragis, aku tersenyum hangat, ini adalah dimana saat pertama kali aku bercanda setelah pacaran dengan seseorang.

***

Sudah kukatan, ada sesuatu yang akan aku bicarakan diakhir cerita ini, yaitu “apa yang kau lihat, dengar dan rasakan adalah kepalsuan”. Bahkan, pidato-pidato persiden pun retak, tertusuk-tusuk dusta, adalah kepalsuan yang meneylimuti tanpa celah pori-pori yang mengandaikan kejujuran didalamnya. Bukan hanya presiden, aku katakan pada kalian, segala sesuatu di dunia ini memakai topeng, dan sibaklah topeng itu, agar kau tak lagi menjadi hilang dan kosong. Dan bahkan, cerita ini pun palsu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun