Mohon tunggu...
Moh Amir
Moh Amir Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Manusia berantakan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Aku Bajingan

18 Juni 2014   12:47 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:17 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14030452171906525917

Oleh: Moh. Amir

Jalan berembun basah tanpa harapan

Kita mengenal hanya ada tujuh bentuk angka di belakang delapan

dan angka Sembilan setelahnya

Sampai sekarang tertempel di papan menancap

di halaman lamunan seorang bajingan

itu yang diajarkan oleh jejak

Ya! Aku bajingan

Lantai 21 gedung itu tertimbun khayalan

Hanya ada ide dan pemikiran yang menganggap dirinya sebagai relawan

Mungkin ini saat dimana hujan tak lagi menjadi buruan para pencangkul

Untuk menumbuhkan tanaman yang hilang dimakan buasnya kekuasaan

Wahai orang-orang yang ditinggikan!

Akulah seorang bajingan, yang selalu kau anggap mengganggu kestabilitasan alam

Aku akan buktikan, tepat di jantung dustamu tertusuk pisau yang lapar

Bukan untuk merenggut nyawamu

Tapi, hanya memilah bagian dalam tubuhmu

Wahai orang-orang yang telunjuknya memiliki kesaktian!

Perlukah aku memanggil nama Tuhan dengan khidmat, lantaran biaya makan tak memungkinkan

Oh Tuhan! Kau hanya menjadi tempat pelarian manusia bajingan

Terkadang pula kau menjadi bahan olokan, lalu makian, lalu dan lalu

Sampai saat dimana keringat tak akan lagi mengucur di tubuh

Tersimpan dalam peti kematian

Ya! Itu aku bajingan!

Bandung, 18 Juni 2014


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun