Pendidikan merupakan ranah yang selalu mendapat perhatian banyak pihak, keberhasilan Pendidikan menjadi salah satu indikator baiknya sebuah negara. Pendidikan sebagai penghasil Sumber Daya Manusia yang baik inilah yang diharapkan mampu meneruskan estafet kepemimpinan baik dalam pengertian kepemimpinan organisasi, negara maupun dalam artian kepemimpinan bangsa di mata dunia.
Carut marut pendidikan di Indonesia sebenarnya telah lama dirasakan, dan telah lama pula orang berupaya mencari solusinya. Namun mencari ujung carut-marutnya pendidikan bagaikan mencari ujung benang yang kusut. Maka satu-satunya jalan adalah memutus rantai kekusutan dan memulainya dari sana.
Dalam catatan saya, beberapa hal perlu digarisbawahi bahwa pendidikan di Indonesia memiliki banyak jenis, yang dikelola oleh kewenangan yang berbeda-beda. Hal ini memberikan pekerjaan rumah yang juga sulit. Pendidikan di Indonesia masih terasa dikotomi dengan dipisahkannya pendidikan basis agama dari KEMENDIKTIBUD berada dibawah KEMENAG.
Namun nyatanya ada pula pendidikan basis agama yang berada dibawah KEMENDIKTIBUD. Maka perlu dipetakan lebih dahulu sampai dimana ranah KEMENDIKTIBUD dalam mengelola Pendidikan di Indonesia. Ini menjadi ranah politik Pendidikan, yang harus dibahas khusus jika kita benar-benar akan merombak dan membangun Pendidikan Indonesia menuju Pendidikan generasi Emas Indonesia.
Jika pada tahun 2045, adalah tahun emas Indonesia maka itu artinya kita sudah harus memiliki peta, berapa jumlah lulusan yang dibutuhkan untuk memenuhi dunia kerja dan berapa yang dibutuhkan untuk mengisi kembali ruang-ruang kampus dengan para akademis dan ilmuwan yang berkarya. Apa yang dimaksud dengan generasi Emas Indonesia. Kemana mereka akan berlabuh?
Di Indonesia, profesi pendidik berbeda dengan profesi lainnya yang tertutup. Seorang pendidik saat ini tidak harus berlatar belakang pendidik untuk bisa berprofesi sebagai guru atau dosen. Berbeda dengan profesi lainnya yang tertutup, dokter misalnya, seseorang tidak bisa berprofesi sebagai dokter jika bukan lulusan kedokteran.
Begitu pun  profesional lainnya. Profesi terbuka yang terjadi di dunia Pendidikan ini, membuat seakan semua orang bisa menjadi guru dan dosen. Maka, standarisasi pengajaran, standarisasi keilmuan, standarisasi kelulusan di satu sisi menjadi amat cair. Semua ini akan bermuara pada kualitas lulusan.
 Pendidikan Indonesia, selama ini kita belum memiliki road map Pendidikan Indonesia dari hulu ke hilir, dari vertical ke horizontal  yang mampu menjadi pola yang menyatukan pendidikan.
Dalam pengamatan saya ada  lima dasar yang menjadi penentu road map  Pendidikan Indonesia yang harus benar-benar diperhatikan, dibenahi dan dibuat sehingga road map Pendidikan Indonesia ini menjadi pegangan dalam tiap prosesnya, dalam tiap level dan kedalamannya  dan dalam tiap varian. Kelima dasar itu adalah 1) Filosofi dan paradigma Pendidikan 2) Politik Pendidikan 3) Kebijakan Pendidikan 4) SDM Pendidikan dan 5) Sarana dan prasarana Pendidikan.
Untuk membangun road map Pendidikan Indonesia mau tidak mau kita harus memulainya dari filsafat dan paradigma pendidikan mana yang akan kita gunakan. Jika kita sepakat bahwa Pendidikan Indonesia berakar dari sila-sila Pancasila.
Maka Pendidikan Indonesia harus menghasilkan  manusia dengan karakter berkeTuhanan YME. Memiliki nilai-nilai kemanusiaan dan memiliki nilai-nilai etika - adab. Pendidikan Indonesia juga menanamkan dan menuntun mewujudkan nilai-nilai kerjasama, kolaborasi, harmoni, dan sinergi. Pendidikan Indonesia juga mengajarkan bagaimana membangun sebuah negara.