Mohon tunggu...
Azmi Azhari
Azmi Azhari Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

[M.Si] [Lecturer] [Biochemistry]\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[Pelajaran Kehidupan] Belajar dari Penjual Ketoprak

5 April 2011   17:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="alignright" width="250" caption="Sumber Gambar: http://i987.photobucket.com/albums/ae360/kampakhoras/Ketoprak.jpg"][/caption]

Kawan, kehidupan adalah sesuatu yang unik. Kehidupan manusia seringkali banyak hal kompleks yang ditemui. Mulai dari kesulitan hidup, menemukan hikmah, sampai dengan pelajaran kehidupan. Berbicara kehidupan, saya baru saja kemarin malam berbicara dan mewancarai tukang jual ketoprak (tentunya sambil beli ketoprak :) ). Entah karena iseng atau bagaimana, seringkali saya merasa ingin mengenal orang disekitar saya. Sehingga, saya sering memulai obrolan dengan apapun. Dulu, waktu saya akan mengikuti acara keakraban jurusan (Departemen Biokimia red.), saya juga pernah mengobrol bersama supir angkot. Lagi-lagi berbicara tentang kehidupan. Unik memang rasa keingintahuan saya. Mungkin, motivasinya karena saya ingin mencari pelajaran kehidupan yang amat berharga sehingga saya tidak tersesat nantinya. Nanti akan saya bahas di tulisan yang berbeda mengenai kehidupan supir angkot.

Memang sudah lama saya mengenalnya. Karena ketika awal saya menemuinya, saya memakai plat nomor motor E dan ditanya asal. Ternyata kami satu marga yaitu jawa (Dia Tegal, saya cirebon). Mang Bejo namanya dan begitu pula orang memanggilnya. Kawan IPB yang ingin tahu, lokasinya tepat di depan pondok AA BATENG. Singkat cerita saya memulai pembicaraan dengannya mengenai susahnya mencari uang. Mungkin saya memilih topik ini, karena teringat saat sulitnya pencarian dana untuk field trip kelas. Lain kali juga akan saya ceritakan pelajaran kehidupan tentang sulitnya mencari uang.

“mang, susah ya cari uang?” kataku.

“Wah bener banget tuh mas, apalagi zaman sekarang. Dulu waktu saya masih SD, untuk makan saja saja saya susah. Saya malu dari dulu minta sama orang tua. Karena saya melihat orang tua saya susah!”

Saya jadi tertegun dan teringat orang tua saya. Betapa perjuangan kerasnya mencari uang.

“Wah masa mang? Itu dulu gimana?”

“Dulu saya, jadi kuli sawah mas. Macem-macem, bantu pacul, pokonya banyak mas!”

“Wah, hebat ya mang. Dari kecil sudah mandiri!”

“ya, mau gimana lagi mas. Saya mah orang gak mampu. Mas mah enak bisa sekolah tinggi sampai sekarang!”

Sayapun kembali tertegun mengingat keberuntungan saya bisa sekolah sampai sekarang.

“Mang, punya anak?” tanya saya.

“punya mas, masih kecil cowo sama cewe!”

“wah, masih kecil ya mang? Anaknya disuruh jadi wirausaha aja mang! hehe”

“Wah susah mas masih kecil. Anak yang kecil cewe maunya jadi bidan aja mas!”

“Bidan? Wah bagus tuh mang. Sekolahin aja mang. Terus cari beasiswa pasti banyak”

“iya mas, tapikan beasiswa mah buat orang pinter!”

“bisa kok mang! Selain itu, jujur aja sama pihak sekolah kalo kita gak mampu!”

“wah, bener ya mas. Emang mah cuma bisa nasehatin, soalnya susah mas cari uang, apalagi buat sekolah yang biayanya tinggi!”

“iya mang, bisa lah asal ada keinginan”

“Mang, pergaulan anak jaman sekarang kacau ya mang?” tanya saya.

“ini mah gara-gara tipi mas!”

“wah, gara-gara akses informasi begitu mudahnya, Internet juga mang!”

“benar banget ya. Harus hati-hati mang juga. Anak tuh, udah hobi maen mulu. Dulu pernah kepergok gak sekolah gara-gara game online! Anak mang, mang hukum aja, masukin WC!

“hehe.. asal jangan keras-keras mang. Suka membekas mang!”

“iya, mas. Jangan ampe deh nanti pas mang udah tua anak balas dendam!”

“hehe, bener mang!”

Banyak sekali yang kami obrolkan. Sampai-sampai terakhir, saya menanyakan tentang berapa pendapatannya seharian. Pendapatannya kalau lagi rame bisa untuk sampai 100rb. Tapi kan saat libur, dia bisa tidak dagang karena mahasiswa jarang ada.

Kawan, begitulah singkat cerita yang baru saja saya alami. Kehidupan memang penuh dengan lika-liku dan warna. Ada saatnya susah, ada saatnya bahagia. Manusia hanya mampu berusaha pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan.

Susahnya cari uang, susahnya mendidik dan membesarkan anak, dan masih banyak yang saya dapatkan hari ini. Begitu banyak hikmah dan pelajaran kehidupan. Saya jadi teringat nasihat orang tua. Nasib seseorang ditentukan oleh dirinya sendiri.

Kawan, ayo kita berbagi tentang kehidupan. Tuliskan apa yang terjadi disekitarmu dan berbagilah. Niscaya banyak kawan yang lain mendapatkan hikmah.

Salam,

Redaksi Ruang Tulisan

http://www.ruangtulisan.co.cc/

Amie Azmi Azhari

Biochemistry Student™

Bogor Agricultural University

"Bermanfaatlah bagi orang lain, niscaya hidupmu akan bahagia!" keep smile ^_^

KOMPASIANA

Ruang Tulisan

Dunia Imajinasi

FIKSI IPB

Contact:

✉ azmi_writter@live.com

✉ my.shocksystem@gmail.com

✉ azmi_azhari@rocketmail.com

My Link:

Facebook
Twitter
Blogger Signature powered by WiseStamp

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun