[caption id="" align="alignright" width="250" caption="Sumber Gambar: http://www.timbossie.com/wp-content/uploads/2009/11/Article-writing.jpg"][/caption]
"Menulis itu butuh pengorbanan!" sahutku dalam hati. Ditengah lamunan itu, saya kembali tertarik untuk menuliskan apa yang baru saja terlintas dalam lamunan. Sebuah mimpi yang ingin sekali diraih adalah menjadikan diri saya seorang penulis profesional. Namun, entah kenapa saya belum bisa mencapainya. Saya merasakan kesulitan, berat dan susah. Kesulitan ini selalu terbatas pada proses dan waktu. Seandainya saja saya bisa menjadi lebih dewasa dalam membagi waktu dengan sebaik-baiknya, pasti saat ini saya bisa tersenyum bahagia dengan melihat buku saya yang terbit. Kendala yang sering saya hadapi dalam menulis adalah rasa malas, terlalu sibuk dengan kegiatan lain, mood dan inspirasi. Sebetulnya hal itu bisa saya siasati. Jika sang motivasi bisa terus terjaga, semua it pasti bisa ditaklukkan. Itu dia "motivasi". Saya daritadi mencari apa solusi dari segala kendala yang ada dan akhirnya saya temukan. Berbicara masalah motivasi, saya telah berusaha menemukaannya dalam literatur. Motivasi adalah suatu semangat untuk mencapai tujuan. Penggerak motivasi adalah motivator. Lantas, apa gerangan motivator yang bisa mengalahkan beberapa problema yang saya tadi telah sampaikan? Saya harus segera kembali pada pengenalan pribadi saya. Saya harus mengerti adat istiadat diri. Setelah mentelaah dan mencari, akhirnya saya temukan juga. Beberapa hal yang merubah mood saya adalah mendengar musik, mencoba mengetik, dan membaca sambil berseluncur internet. Ya, saya telah temukan. Itu bisa membuat diri saya kembali fresh dan tidak pernah takut untuk gagal. Solusi yang lainnya? Pasti ada. Malas berhubungan dengan mood, dan itu sudah terselesaikan pemecahannya. Masalah selanjutnya adalah kesibukan. Aktivitas saya sebagai mahasiswa, terkadang tidak terkontrol dan termenej dengan baik. Hal itu terkait dengan jumlah waktu dan jumlah kegiatan yang ada. Saya harus belajar manajemen diri yang baik dalam hal mengatur waktu. Mulai saat ini dan semester depan, saya harus belajar untuk menolak untuk sesuatu yang diluar kehendak dan minat. Saya harus segera jadwalkan ulang proyek menulis yang telah terbengkalai. Saya akan agendakan tiap hari minimal 2 jam untuk membaca atau menulis. Minimal sekali, menulis sebelum tidur. Masalah terakhir adalah terkait inspirasi. Inspirasi adalah bahan tulisan saya. Lantas, ketika inspirasi datang, apakah saya akan melewatkannya? Saya tidak akan pernah lagi membiarkan ide-ide cemerlang kembali hilang termakan oleh lupa. Saya harus tuliskan ulang, apa yang menjadikan inspirasi. Satu jam, jika lebih dari itu, saya seringkali lupa. Saya sudah baca banyak hal tentang tulis menulis. Semuanya itu menerangkan tentang "ayo.. tulis dan tulis". Karena pada dasarnya tulisan akan menjadi luarbiasa jika penulisnya sudah terlatih menulis. Sekarang saya harus bisa menuliskan apapun yang ada dalam fikiran saya. Tidak perlu peduli, arahnya kemana. Hal yang paling mendasar adalah tuliskan dan tuliskan. Saya terkadang sulit untuk mengeluarkan apa yang ada dalam fikiran untuk menjadi sebuah tulisan. Namun, apakah dengan begitu saja mudah menyerah? Karena pada dasarnya semua itu butuh proses dan harus dijalani. Saya akan coba lakukan terus dan tidak akan pernah menyerah. Saya harus bisa melakukannya. Rasanya butek segalanya jika saya simpan di fikiran semata dan tanpa saya tulis. Menulis bagi saya telah dijadikan sebuah jalan untuk mengungkapkan sesuatu yang membludak dalam fikiran. Fikiran itu bisa membunuh saya diam-diam dengan stress yang berkepanjangan jika disimpan. Saya bisa menyesal ketika inspirasi yang ingin saya tulisakan itu hilang dan pada akhirnya saya bisa menangis. Karena inspirasi bagi saya adalah suatu hal yang sangat berharga. Ketika dicari inspirasi itu tidak ada. Namun, pada saat yang tidak disangka, dia datang. Saya juga tidak terlalu mengerti mengapa begitu mudah jika tak dijemput, tapi saat saya ingin menjemputnya, sulit. Solusinya saya harus tuliskan itu semua. Dengan menulis, saya termotivasi untuk melakukan yang lebih baik lagi. Sekarang kenali diri kamu, dengan mengenal kamu sendiri, kamu akan coba mengerti apa yang kamu mau dan apa hambatan terbesar dalam hidup kamu. Ayoo semangat!!!
Semoga hikmah yang saya tuliskan bermanfaat bagi pembaca semua.
Salam,
Amie Azmi Azhari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H