Oleh Amidi
Dampak pandemi Covid-19 sampai saat ini masih menyisahkan kesulitan yang dialami kebanyakan pelaku bisnis di negeri ini. Memang sebenarnya, bagi yang kuat dan mempunyai strategi bisnis yang mumpuni mampu bertahan pada saat itu dan terus bertahan sampai saat ini.
Namun, bagi yang tidak bisa bertahan, tidak melakukan atau strategi bisnis yang mampu menjawab tantangan pada masa itu, mereka terpaksa stagnan bahkan kolaps alias gulung tikar.
Hal ini, tidak hanya dialami oleh pelaku bisnis kecil saja, tetapi dialami juga oleh pelaku bisnis kelas kakap juga. Di Palembang, ada beberapa unit bisnis skala besar yang kolaps, seperti ritel modern Giant, Departemen Store Ramayana, dan beberapa unit bisnis lainnya. Begitu juga di pusat atau di Jakarta dan kota besar lainnya, juga tidak sedikit pelaku bisnis skala besar ini yang terpaksa tidak lagi beroperasi (colaps).
Apalagi unit bisnis yang dilakoni oleh pelaku bisnis skala kecil atau UMKM. Tidak sedikit UMKM yang terseok-seok, jalan ditempat dan mati (colaps). Mereka silih berganti masuk keluar pasar (entry and exit), bagi yang tidak bisa bertahan, mereka terpaksa keluar pasar, bagi mereka pendatang baru mencoba masuk pasar.
Memang saat ini UMKM ini mulai bangkit dan tumbuh subur, di Palembang sendiri, hampir semua sudut kota dan ruang publik dipenuhi oleh unit bisnis yang dilakoni oleh pelaku usaha skala kecil.
Tidak heran, kalau jalan macet, karena mereka menggelar barang dagangannya di tepi jalan atau di bibir jalan. Tidak heran, jika jalan-jalan kampung macet, karena tempat usaha mereka terkadang menyita jalan atau toko kecil mereka tidak mempunyai halaman parkir, sehingga para konsumen yang akan berbelanja memarkir kendaraannya sembarangan di depan toko, tak ayal lagi terjadi kemacetan.
Persaingan Ketat.
Di tengah kondisi ekonomi sulit saat ini, para kalangan kelas menengah dan bawah sudah "pusing" memikirkan bagaimana mereka dapat bertahan dari bulan ke bulan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sehingga, mendorong kelas menengah ini sudah "makan tabungan" dan ada yang terpaksa menahan konsumsinya.
Kondisi tersebut, mendorong anak negeri ini yang masih menganggur dan atau yang tidak memiliki pekerjaan tetap untuk melakukan bisnis. Sehingga, tak ayal lagi, pelaku bisnis skala kecil dan atau UMKM ini terus tumbuh subur.