Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Tindakan Konsumen agar Tidak Keluar Cuan Besar Menyikapi Penyimpangan Bisnis!

16 Juli 2024   20:29 Diperbarui: 17 Juli 2024   21:58 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: makanan kaleng. (Shutterstock via Kompas.com)

Langkah lain yang bisa dilakukan, jika kita tetap ingin membeli atau mengkonsumsi makanan dan atau minuman yang mereka jual, kita harus meneliti atau mencermati terlebih dahulu makanan dan atau minuman yang mereka jual.

Misalnya, dengan membaca secara cermat komponen yang terkandung di dalam makanan dan atau minuman tersebut. Jika sudah terlanjur dibeli, dan setelah di cermati ada komponen yang meragukan atau ada unsur yang membahayakan kesehatan, maka makanan tersebut jangan di makan dan minuman tersebut jangan di minum.

Kemudian, bisa juga kita siasati dengan langkah antisipasi melakukan tes sederhana terhadap makanan dan atau minuman tersebut. Misalnya, jika kita ingin mengetahui apakah makanan (tahu atau bakso atau lainnya) mengandung formalin atau tidak, bisa kita tes dengan menusukkan tusuk gigi yang sudah dilumuri kunyit ke makanan tersebut. Berdasarkan pengalaman, jika makanan tersebut mengandung formalin, maka lidi yang sudah dilumuri kunyit berubah warna (tidak kuning lagi)

Begitu juga dengan minuman. Untuk mengetahui minuman (jus dan madu) tersebut mengandung pemanis buatan atau pemanis sintetis, bisa kita lakukan dengan mencicipi terlebih dahulu minuman tersebut, jika dicicipi sudah terasa agak pahit. 

Berdasarkan pengalaman, jika terasa agak pahit, maka ada indikasi minuman tersebut mengandung pemanis buatan atau pemanis sintetis dan bahkan terkadang intensitas penggunaannya sudah diluar ambang batas.

Begitu juga dengan makanan ringan (kue atau snack). Agar kita dapat terhindar dari dampak negatif dan atau kanker atas makanan ringan tersebut, maka kita teliti atau cermati warna makanan ringan tersebut, jika warnanya mencolok, mungkin pewarna yang mereka gunakan adalah pewarna kain atau bukan pewarna untuk mewarnai makanan.

Seperti pengalaman pribadi, pada saat saya mau mengkonsumsi kerupuk (kemplang) terdapat suatu hal yang mencurigakan, kerupuk (kemplang) tersebut berwarna putih sekali. Setelah saya cermati dan melakukan penyelidikan dengan mempertanyakannya kepada orang yang bisa dipercaya, ternyata kerupuk (kemplang) tersebut diberi "pemutih" dan atau tepung putih, yang mengandung korbohidratnya pemicu kanker.

Setelah mengetahui kerupuk (kemplang) tersebut berbahaya bagi kesehatan, kerupuk (kemplang) tersebut saya "buang" dan tidak akan membelinya kembali. Kalau pun akan membeli lagi (di tempat lain), setidaknya kita sudah hati-hati dan perhatian kita sudah terpokus pada warna kerupuk (kemplang) tersebut.

Pada bagian lain, kita juga sering dihadapkan pada makanan yang sudah kedaluwarsa (expired). Makanan yang sudah habis masa pakai atau masa mengonsumsinya, makanan yang di masak berluang kali, makanan yang di goreng dengan minyak goreng yang di pakai berulang kali dan seterusnya.

Ini bisa kita sikapi dengan melihat sajian fisik dari makanan tersebut. Jika makanan tersebut digoreng berulang kali, biasanya warnanya akan menjadi coklat kehitam-hitaman (misalnya ayam goreng). 

Penggunaan minyak goreng berung kali (minyak jenuh), biasanya makanan yang digoreng dengan minyak jenuh tersebut warnanya akan berubah, tidak menampilkan warna aslinya, karena minyak yang digunakan berulang kali tersebut sudah tidak jernih lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun