Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Dana Asing Kabur, Harus Disikapi dengan Bijak!

30 Mei 2024   07:01 Diperbarui: 31 Mei 2024   17:30 730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Dollas US (Freepik)

Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) pun menyatakan dana masyarakat senilai Rp1.5 triliun di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Indosurya dilarikan ke luar negeri, pada negera dengan surga pajak seperti Singapura dan negera-negara Eropa. (Kontan.co.id, 15 Pebruari 2023)

Selain itu, kondisi ketidakpastian pasar (market uncertainty), terutama pasar uang, baik regional maupun global, maka mereka lebih memilih melarikan dana-nya ke luar negeri untuk mengamankan dana-nya tersebut.

Seperti yang disampaikan Gubernur BI bahwa dana asing keluar dari RI karena ketidakpastian pasar keuangan global masih tinggi, yang tercermin pada yield US Treasury yang meningkat sejalan dengan premi resiko jangka panjang dan inflasi yang masih di atas perkiraan pasar. (cnbcIndonesia.com, 20 Maret 2024).

Kondisi ini diakui sendiri oleh Presiden Joko Widodo, fenomena kenaikan suku bunga yang tinggi dalam waktu lama atau higher for longer yang terjadi di Amerika Serikat memicu arus modal kabur dari RI. Capital outflow semua lari ke Amerika Serikat. (cnbcnIndonesia.com, 27 Oktober 2023).

Bila dicermarti, memang iming-iming kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat tersebut cukup signifikan mendorong dana asing kabur atau dilarikan ke sana, namun, sebenarnya masih tergantung juga dengan petinggi negeri ini untuk menyikapinya.

Artinya, apabila tercipta kondisi perekonomian, kondisi pasar dan atau kondisi negeri ini secara umum kondusif, maka bisa saja dana asing yang ada sebagai hasil perolehan bagi hasil pengelolaan SDA yang dimiliki negeri ini atau perolehan dari unit bisnis yang dilakoninya di negeri ini, mereka tahan, tidak mereka alihkan ke luar negeri.

Apabila kondisi perekonomian yang menjanjikan dan atau kondisi negeri ini secara umum kondusif tidak bisa kita ciptakan, ditambah lagi adanya gonjang-ganjing politik, maka jelas akan mempengaruhi perilaku mereka dalam memegang dana.

Wajar, kalau mereka memprediksi jika akan terjadi gangguan kondisi perekonomian akibat kondisi politik yang tidak menentu, maka dengan serta merta mereka mulai mengambil langkah untuk mengamankan dana dan atau aset mereka, tak ayal lagi akan terjadi capital flight.

Bisnis.com, 26 Maret 2024, memberitakan bahwa BI mencatat terjadi aliran modal asing keluar Rp1,36 triliun dari pasar keuangan domestik ditengah bergulirnya gugatan hasil hasil pilpres 2024 di Mahkamah Konstitusi (MK).

Kemudian, pengalaman saat krisis moneter ,menjelma menjadi krisis ekonomi tahun 1988 lalu, Capital flight terjadi secara besar-besaran, menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok sampai pada titik nadir terendah, sampai mencapai Rp16.000,- an per dolar AS, karena dana-dana asing dan dana-dana pelaku bisnis besar dinegeri ini dilarikan ke laur negeri.

Untung pada saat itu, Presiden antar waktu (BJ Habibie) bersama menteri-nya sigap dan berhasil mengangkat kembali nilai tukar rupiah dari angka Rp16.000,- menjadi Rp6.500,- (lihat cnbcIndonesia.com, 06 Agustus 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun