Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menjaring SDM Berkualitas di Tengah Hiruk Pikuknya Uang Kuliah Tunggal Mahal

29 Mei 2024   15:01 Diperbarui: 29 Mei 2024   19:13 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dana pendidikan. Fenomena UKT dan uang pangkal perguruan tinggi mahal.(Thinkstockphotos.com)

Memang miris, jika anak negeri ini terpaksa mengudnurkan diri dari PTN yang berhasil mereka "gondol" karena prestasinya. Seperti viral di media sosial, ada seorang calon mahasiswa bernama Siti Aisyah, mahasiswa salah satu PTN di negeri ini jalur prestasi, memilih mundur lantaran tidak sanggup membayar UKT.

Bila didalami, mungkin saja Siti Aisyah tidak sendirian mengalami nasib seperti ini, mungkin masih ada calon mahasiswa yang mengalami nasib yang sama seperti Siti Aisyah tersebut.

Di tengah negara terus memperbesar anggaran pendidikan, dtengah terus gencarnya calon pimpinan bangsa dan atau calon kepala daerah yang yang akan berlaga di ajang PILKADA dengan berlomba-lomba menjual produk atau program "pendidian gratis", eh justru tidak sedikit anak negeri ini yang mengeluhkan mahalnya UKT dan atau mahalnya biaya pendidikan. Ditambah lagi pimpinan bangsa terpilih pun mempunyai program dan konsen dengan pendidikan gratis tersebut. Suatu kondisi yang bertolak belakang (trade-off).

SDM Cerdas Integritas Bangsa Meningkat.

Jika kita tilik dari angka dan peringkat IPM yang kita capai di atas, berarti pembangunan SDM kita dapat dikatakan masih harus diperjuangkan sekuat tenaga dengan segala daya dan upaya yang ada. 

Pembangunan SDM yang akan mendorong SDM berkualitas, dan cerdas tersebut mencerminkan kecerdasan suatu bangsa sekaligus mencerminkan integritas suatu bangsa. Untuk itu pembangunan SDM tidak bisa ditawar -- tawar. Bukankah SDM yang tidak berkualitas tidak hanya menjadi beban pembangunan negeri ini tetapi SDM yang tidak berkualitas justru akan mengerogoti hasil -- hasil pembangunan yang telah dicapai oleh negeri ini?

Jika kita membiarkan SDM kita terus tertinggal dan kita biarkan mereka masih berjung sendiri untuk membangun kualitas diri mereka sendiri, maka selamanya kita akan tertinggal dengan negara -- negara yang telah melakukan pembangunan terhadap SDM mereka.

SDM yang handal, dan cerdas yang dimiliki suatu negara/bangsa akan mendorong negara/bangsa tersebut maju dan berkembang, seperti tidak perlu jauh -- jauh kalau kita mau mengambil conoth, misalnya Malaysia saja. 

Jauh sebelumnya SDM Malaysia itu belajar menimba ilmu di Indonesia, namun kini SDM Malaysia sudah bisa mengalahkan SDM negeri ini dan SDM daerah ini. Kini kita justru berbondong-bondong menuntut ilmu di negeri JIRAN tersebut, termasuk berbondong -- bonding berobat ke negeri tetangga yang satu ini.

Tidak heran, kalau SDM di negeri ini yang berkualitas dan cerdas ada yang lari dan bekerja di luar negeri  sebagai tenaga ahli, sebagai tenaga professional dan sebaginya. 

Selain memang mereka dengan kemauan sendiri untuk "hijrah" bekerja ke sana, memang ada dorong imbal jasa yang besar kepada SDM negeri ini yang berkualitas dan cerdas untuk ikut mengambangkan dan memajukan negeri mereka. Kalau sudah begini, maka yang akan rugi kita sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun