Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Pelaku Bisnis Bidang Kuliner "Panen" Menuai Tradisi Ramadhon

29 Maret 2024   07:06 Diperbarui: 29 Maret 2024   07:12 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

    

Oleh Amidi


Salah satu pekaku bisnis yakni pelaku bisnis bidang kuliner (makanan/minuman) sangat menanti-nantikan datangnya bulan Ramadhon. Mereka memanfaatkan momentum Ramadhon ini dengan  mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut konsumen/pengunjung yang akan berbondong-bondong  datang untuk berbuka puasa bersama. Tradisi ini, berlangusng setiap datangnya bulan Ramadhon tak terkecuali di bulan Romadhon ini.


Semua tempat unit bisnis kuliner yang dimiliki pelaku bisnis bidang kuliner terisi penuh oleh konsumen/pengunjung yang akan berbuka puasa bersama. Di Palembang sendiri, satu jam sebelum berbuka puasa, konsumen sudah mulai memadati warung/rumah makan/kafe/restoran, baik yang ada pusat perbelanjaan maupun yang tersebar disudut-sudut kota, baik di pusat  maupun dipinggir kota, sehingga warung/rumah makan/kafe/restoran ramai bak suasana pesta. Kondisi ini berlangsung hari pertama sampai akhir puasa dan intensitasnya terus meningkatnya dari hari ke hari.

Bila dicermati, mereka yang berbuka puasa bersama di warung/rumah mamakan/kafe/restoran tersebut jauh-jauh hari sudah melakukan pemesanan (booking), baik lewat telpon, media sosial maupun datang langusng ke lokasi. Bagi mereka yang baru datang mendekati waktu berbuka dapat dipastikan tidak mendapatkan tempat alias harus menunggu sesi kedua, setelah sesi pertama selesai.

Dampak Buka Bersama.

Tradisi berbuka puasa bersama tersebut mendorong pelaku bisnis bidang kuliner kebanjiran pesanan, baik pelaku bisnis yang sudah lama maupun pelaku bisnis baru, baik pelaku bisnis skala kecil maupun pelaku bisnis skala besar. Sehingga, tidak heran kalau para pelaku bisnis bidang kuliner menambah karyawan/pelayan dan menambah meja/kursi memanfaatkan ruang (space) yang ada.

Tak ayal lagi, pendapatan pelaku bisnis bidang kuliner akan meningkat bahkan terkadang dua kali lipat dari hari biasa. Jika pada hari biasa, mereka dengan berbagai stratgi dilakukan untuk memburu konsumen, namun pada bulan Ramadhon ini mereka justru kewalahan menerima pesanan.

Tidak hanya pelaku bisnis bidang kuliner saja yang kecipratan rezeki, tetapi pihak yang terkait, seperti tukang parkir pun demikian. Mereka juga ketiban rezeki, karena kendaraan yang parkir di warung/rumah makan/kafe/restoran tempat mereka mengais rezeki tersebut "membludak" dan tidak sedikit yang membayar/memberikan jasa "lebih" dari tarif normal, maklum, mereka tidak mau melewatkan momentum Ramadhon untuk berbagi (sedekah).

Dampak negatif yang timbul, jalan disekitar warung/rumah makan/kafe/restoran macet, karena ruas jalan menyempit dipakai untuk mamarkir kendaraan pengunjung. Tidak hanya bibir jalan yang digunakan mereka untuk memarkir kendaraan, tetapi badan jalan, hampir separuh badan jalan dipadati oleh kendaraan yang diparkir.

Kondisi ini, tak ayal lagi, akan mengganggu kendaraan yang akan lalu lalang dan kendaraan pengunjung yang akan keluar dari lokasi sendiri. Sehingga, suasana disekitar lokasi tempat makan/minum tersebut ramai bak suasana pesta, bak suasana acara suatu pertunjukan kolosal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun