Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Momentum Ramadhan: Pelaku Bisnis Berlomba-lomba "Menjual Ramadhan"!

11 Maret 2024   16:34 Diperbarui: 11 Maret 2024   16:40 491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

oleh Amidi

Kehadiran bulan Ramadhan, tidak hanya dirindukan umat muslim dunia, tetapi pelaku bisnis pun demikian, tak terkecuali pelaku bisnis di negeri ini. Kemudian, bukan hanya pelaku bisnis dari kalangan muslim saja, tetapi pelaku bisnis dari kalangan non muslim pun demikian. Singkat kata, dengan adanya momen Ramadhan, semua pelaku bisnis berlomba-lomba memanfaatkannya  dan momen Ramadhon ini memang sangat dinanti-nantikan semua kalangan.

Mengapa?, karena dengan tibanya atau masuknya bulan Ramadhan, berdasarkan pengalaman tahun-tahun lalu, aktivitas ekonomi dan atau bisnis akan menjadi "semarak", transaksi bisnis  cendrung meningkat, sehingga mendorong pelaku bisnis bersemangat melakukan bisnis-nya di bulan Ramadhon ini.

 Tidak hanya itu, bulan Ramadhon pun mampu mendorong hadirnya pelaku bisnis baru atau pelaku bisnis dadakan, yang tercermin dari tidak sedikitnya masyarakat yang menggelar barang dagangan-nya di kampung-kampung, di halte-halte, di tepian jalan raya, dan diberbagai lokasi lainnya, yang sebelumnya tidak ada.  Unik-nya lagi, pelaku bisnis dadakan tersebut, pasca Ramadhon menghilang alias tidak lagi berjualan, karena mereka hanya memanfaatkan momentum Ramadhon itu saja.

Hal tersebut dilakukan mereka, cukup beralasan, berdasarkan pantauan dilapangan, setiap tibanya bulan Ramadhan, mulai masuk bulan Ramadhan sampai menjelang hari raya idul fitri, konsumen berpacu dalam memenuhi kebutuhan-nya, baik kebutuhan sehari-hari dalam rangka memenuhi kebutuhan akan berbuka  puasa  maupun kebutuhan dalam rangka menyambut hari raya idul fitri.

            Menjual Ramadhan.

Momentum Ramadhan tersebut, dimanfaatkan oleh pelaku bisnis dengan sebaik-baiknya, termasuk mereka memanfaatkan momentum Ramadhon, untuk "menjual ramadhan"i. Dalam artian, momentum Ramadhon ini, mereka jadikan media untuk menjual produk yang mereka produksi atau mereka tawarkan, yang tercemin dari aktivitas bisnis yang mereka lakoni.

Adapun aktivitas tersebut  bisa disaksikan antara lain, di hotel dan di Mal serta di tempat unit bisnis yang lain, mereka berlomba-lomba menghias atau membuat dekorasi yang bernuansa Ramadhan, bernuansa Islami, ada yang memajang patung "unta" diruang lobi hotel, ada yang memajang "beduk" di beranda Mal, ada yang memajang "miniatur masjid" di gerai ritel modern-nya dan bentuk lainnya yang melambangkan nuasa Ramadhon atau nuansa Islami tersebut.

Kemudian tidak hanya itu saja bentuk "menjual Ramadhon" yang mereka lakukan, dalam aktivitas pemasarannya atau promosi, mereka berlomba-lomba "menjual Ramadhan" dengan konten iklan yang bernuansa Ramadhan.

Misalnya; Iklan obat, "obat A mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa",  Agar puasa aman minum Obat B menjelang sahur dan sesudah berbuka puasa. Misalnya; iklan hotel, Hotel X siap memberikan pelayanan terbaik bagi Anda yang akan berbuka puasa   di tempat kami". Hotel W memanjakan Anda berbuka puasa dengan sepuas-pusnya hanya cukup membayar Rp. 75.000,- saja. Misalnya; Iklan unit binsis lain, "Gerai Z peduli dengan Ramadhan, kami  memberikan kesempatan Anda berbelanja sampai larut malam".  Gerai Ritel Modern IA  memberikan discount apabila Anda berbelanja di atas Rp. 100.000,- sepanjang Ramadhon.

Jika dicermati, tidak hanya itu bentuk aktivitas pelaku bisnis dalam "menjual Ramadhon", masih banyak aktivitas, startegi dan langkah-langkah yang mereka lakukan dalam membujuk konsumen untuk berlomba-lomba berbelanja pada unit bisnis mereka.

            Memburu Rezeki Ramadhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun