Bila disimak secara mendalam, hedonisme tersebut, ada hubungannya dengan sikap kita yang tanpa disadari "salah", yakni adanya dorongan yang memaksa kelas menengah ini "menerobos" anggaran yang sudah dialokasikannya.
Seperti adanya kemudahan memperoleh fasilitas kredit kendaraan atau barang mewah lain-nya, cukup dengan "DP" sekian (ringan) Anda sudah bisa membawa pulang "mobil", atau ada iklan yang menganggap harga barang mewah dengan kesan murah, "cukup dengan membayar sekian (ringan) Anda dapat membawa barang mewah "Y" ke rumah, padahal, pada saatnya kelas menengah tersebut harus membayar ini dan itu lagi baru dapat membawa pulang barang mewah "Y" tersebut.
Begitu juga dengan pelaku bisnis yang mempekerjakan karyawan-nya pada unit bisnis-nya. Dalam menetapkan kompensasi tidak sedikit pelaku bisnis yang masih menetapkan kompensasi dibawah Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/UMP) yang sudah ditetapkan pemerintah melalui kesepakatan bersama tersebut.
Tidak heran kalau masih ada karyawan swasta yang hanya memperoleh pendapatan/penghasilan masih dibawah angka Rp. 2. juta per bulan. Sementara untuk UMR/UMP rata-rata saat ini untuk kota atau kabupaten sudah mencapai angka di atas Rp. 3 juta per bulan. Ok lah, jika kelas menengah ini selaku pegawai negeri (ASN), konpemsasi yang mereka terima sudah rata-rata di atas UMR/UMP bahkan lebih besar lagi, karena ada tunjangan ini dan itu.
Beberapa Langkah!
Untuk mendorong kelas menengah agar dapat memenuhi kebutuhan pokok-nya dengan standar tertentu, untuk dapat hidup dengan layak, untuk tidak terus dirundung duka cuan, dan atau untuk bisa menjadi kaya, setidaknya ada berapa langkah yang harus dilakukan.
Sedapat mungkin memperbaiki sikap kita yang tanpa sadar telah mendorong golongan kelas menenagh ini untuk bergaya "hedonisme", pemerintah atau pihak yang berkompeten harus dapat menengahi pasar yang cendrung mengarah ke praktik "kapitalisme" tersebut, dengan mengembalikannya kepada pasar yang seyogyanya.
Begitu juga kalangan kelas menengah sendiri, harus sedapat mungkin menghindari hedonisme, arahkan gaya hidup ke arah yang positif, kratif dan inovatif agar pendapatan selain dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok, juga bisa untuk menabung/investasi.
Pengendalian harga-harga mutlak dilakukan, operasi pasar harus dilakukan secara intensif, pasar harus dipantau secara berkala, agar kecukupan stok terjamin serta perbaikan distribusi pun mutlak harus dilakukan. Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah sedapat mungkin mengoptimalkan pengelolan Sumberdaya Alama (SDA) negeri ini, agar anak negeri ini kaya dan sejahtera. Selamat Berjuang!!!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H