Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengeliminir Hedonisme, Kenaikan Harga dan Sikap Kita Bisa Mendorong Kelas Menengah Menjadi Kaya!

3 Maret 2024   16:36 Diperbarui: 5 Maret 2024   07:54 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bila disimak secara mendalam, hedonisme tersebut, ada hubungannya dengan sikap kita yang tanpa disadari "salah", yakni adanya dorongan yang memaksa kelas menengah ini "menerobos" anggaran yang sudah dialokasikannya.

Seperti adanya kemudahan memperoleh fasilitas kredit kendaraan atau barang mewah lain-nya, cukup dengan "DP" sekian (ringan) Anda sudah bisa membawa pulang "mobil", atau ada iklan yang menganggap harga barang mewah dengan kesan murah, "cukup dengan membayar sekian (ringan) Anda dapat membawa barang mewah "Y" ke rumah, padahal, pada saatnya kelas menengah tersebut harus membayar ini dan itu lagi baru dapat membawa pulang barang mewah "Y" tersebut.

Begitu juga dengan pelaku bisnis yang mempekerjakan karyawan-nya pada unit bisnis-nya. Dalam menetapkan kompensasi tidak sedikit pelaku bisnis yang masih menetapkan kompensasi dibawah Upah Minimum Regional/Provinsi (UMR/UMP) yang sudah ditetapkan pemerintah melalui kesepakatan bersama tersebut.

Tidak heran kalau masih ada karyawan swasta yang hanya memperoleh pendapatan/penghasilan masih dibawah angka Rp. 2. juta per bulan. Sementara untuk UMR/UMP rata-rata saat ini untuk kota atau kabupaten sudah mencapai angka di atas Rp. 3 juta per bulan. Ok lah, jika kelas menengah ini selaku pegawai negeri (ASN), konpemsasi yang mereka terima sudah rata-rata di atas UMR/UMP bahkan lebih besar lagi, karena ada tunjangan ini dan itu.

Beberapa Langkah!

Untuk mendorong kelas menengah agar dapat memenuhi kebutuhan pokok-nya dengan standar  tertentu, untuk dapat hidup dengan layak, untuk tidak terus dirundung duka cuan, dan atau untuk bisa menjadi kaya, setidaknya ada berapa langkah yang harus dilakukan.

Sedapat mungkin memperbaiki sikap kita yang tanpa sadar telah mendorong golongan kelas menenagh ini untuk bergaya  "hedonisme",  pemerintah atau pihak yang berkompeten harus dapat menengahi pasar yang cendrung mengarah ke praktik "kapitalisme" tersebut, dengan mengembalikannya kepada pasar yang seyogyanya.

Begitu juga kalangan kelas menengah sendiri, harus sedapat mungkin menghindari hedonisme, arahkan gaya hidup ke arah yang positif, kratif dan inovatif agar pendapatan selain dapat digunakan untuk memenuhi  kebutuhan pokok, juga bisa untuk menabung/investasi.

Pengendalian harga-harga mutlak dilakukan, operasi pasar harus dilakukan secara intensif, pasar harus dipantau secara berkala, agar kecukupan stok terjamin serta perbaikan distribusi pun mutlak harus dilakukan. Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah sedapat mungkin mengoptimalkan  pengelolan Sumberdaya Alama (SDA) negeri ini, agar anak negeri ini kaya dan sejahtera.  Selamat Berjuang!!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Hantu Pocong Lembang, Hiburan Siang di Jalan Macet!

4 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun