Oleh Amidi
Belum usai negeri ini dihadapkan pada persoalan kenaikan harga beras, kini menyusul kenaikan harga cabai, harga cabai melambung tinggi.Â
Fenomena kenaikan harga bahan pokok di negeri ini, datangnya silih bergnti, kenaikan harga tersebut bisa saja terjadi saat kondisi normal, dan bisa saja terjadi karena pengaruh cuaca dan atau musim.
Seperti saat ini, dengan adanya musim kemarau panjang dan atau adanya el-nino, mempengaruhi dan mendorong kenaikan harga kebutuhan pokok termasuk cabai.
Beberapa hari ini emak-emak di negeri ini pada "shok" dengan adanya kenaikan harga cabai. Sepekan yang lalu harga cabai rawit merah masih di angka Rp 55.520,- per kg dan cabai merah kriting di angka Rp 42.510,- per kg. Kini (30/10/2023), Panel Harga Badan Pangan mencatat  harga cabai rawit merah melonjak Rp 1.620 sehingga sudah mencapai Rp 64.970,- per kg dan cabai merah kriting naik Rp 1.740,-  sehingga mencapai Rp 50.120,- per kg. Ada suatu daerah, dimana harga cabai rawit merah sudah mencapai Rp 100.000,- per kg (CNBCIndonesia,  30 Oktober 2023)
Bila kita telusuri mengapa harga cabai tersebut melambung tinggi, banyak faktor yang menyebabkannya.Â
Diskominfo.kaltimprov.go.id mensinyalir bahwa kenaikan harga cabai tersebut dipengaruhi oleh faktor cuaca yang tidak menentu, dan memburuknya kondisi tanah karena penggunaan pupuk kimia selama bertahun-tahun. Kemudian adanya serangan hama dan jamur yang menyebabkan penurunan produksi cabai di daearah sentra, seperti Jawa Timur.
Tidak hanya itu, jika kita dalami, ada faktor lain yang menyebabkan harga cabai melambung tinggi tersebut. Secara mendasar, karena stok cabai yang tersedia tidak dapat memenuhi permintaan cabai yang terus meningkat. Peningkatan permintaan cabai tersebut, antara lain karena semakin bertambahnya unit bisnis kuliner yang membutuhkan cabai.
Seperti di Palembang Provinsi Sumatera Selatan, pelaku bisnis bidang kuliner "pempek", dengan adanya pertambahan jumlah pelaku bisnis bidang kuliner seriring dengan meningkatnya permintaan "pempek" dari berbagai daerah, membutuhkan cabai yang tidak sedikit sebagai bahan baku untuk membuat "cuka" pelengkap makan "pempek", belum lagi permintaan cabai oleh rumah makan dan rumah tangga. Apalagi mengingat rata-rata anak negeri ini suka makan pedas yang membutuhkan cabai yang tidak sedikit.
Kemudian, mengapa stok cabai tidak mencukupi permintaan pasar?Â