Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Kebijakan "Melenyapkan" BBM Pertalite Bisa Saja Mengusik Perekonomian yang Sudah Stabil

14 September 2023   16:16 Diperbarui: 16 September 2023   19:54 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Petugas melayani pembeli Pertalite di SPBU Abdul Muis, Jakarta Pusat, Jumat (24/7/2015). PT Pertamina (Persero) mulai menjual Pertalite dengan oktan 90 kepada konsumen dengan harga Rp.8400 perliter. KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO(KRISTIANTO PURNOMO)

Kondisi ini sekaligus mengisaratkan bahwa mereka yang memiliki kendaraan tersebut bukan karena sudah sejahtera, tetapi mereka masih dalam kondisi sejahtera semu. Anak negeri ini yang memiliki kendaraan yang dibeli secara kredit tersebut, setiap bulan harus b e r j u a n g untuk mencicil kreditnya.

Belum lagi persoalan yang terjadi di lapangan. Bagaimana dengan kendaraan (mobil dan motor) yang selama ini menggunakan BBM Pertalite tiba-tiba akan menggantinya dengan BBM Pertamax Green 92? Bagaimana kalau cc kendaraan kecil, apakah dengan serta merta dapat menggunakan BBM Pertamax Green 92 tersebut? Bagaimana dengan harga BBM Pertamax Green 92 yang akan ditetapkan nantinya, apakah masih disubsidi atau sudah ditetapkan dengan harga keekonomian?

Selama ini saja, fakta menunjukkan bahwa tidak sedikit pemilik kendaraan cc besar dan tergolong mewah (bukan mobil sejuta umat) membeli BBM bersubsidi. Bila kita simak,  mereka yang tergolong mampu saja berusaha mendapatkan subsidi, apalagi mereka yang memang masih harus berjuang dan berjuang terus demi memenuhi kebutuhannya tersebut.

Apa yang harus dilakukan?

Kebijakan ini perlu dipertimbangan. Jangan sampai mengusik pertumbuhan ekonomi yang sudah kita bangun, yang sudah menjadi plus dan sudah cenderung stabil. Bila kita berkaca dari pengalaman, setiap adanya pengurangan subsidi alias adanya kenaikan harga BBM, secara langsung akan mendorong harga-harga barang dan jasa di pasar langsung meningkat, bahkan terkadang peningkatan harga di lapangan sudah tidak rasional lagi karena pelaku bisnis mengambil kesempatan di balik adanya kenaikan harga BBM. Pelaku bisnis atau pedagang, dengan enteng menjawab, "Kami menaikkan harga karena BBM naik."

Bila kita simak, memang rasional mereka menaikkan harga tersebut karena dengan adanya kenaikan harga BBM. Kemudian akan timbul dampak domino, biaya distribusi barang meningkat, harga beli/harga pokok naik yang menyebabkan harga jual naik, ongkos produksi secara keseluruhan naik, apalagi UMKM, sebagian besar dalam proses produksinya dominan menggunakan BBM bersubsidi yang harganya terus naik tersebut.

Apakah kita tidak sebaiknya mencari alternatif lain, tidak dengan serta-merta mengambil kebijakan melenyapkan BBM Pertalite diganti BBM Pertamax Green 92? Misalnya dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk dijadikan BBM, seperti batu bara, bisa dijadikan BBM, seperti tumbuhan tertentu (misalnya; jarak) bisa dijadikan BBM.

Kemudian untuk mendukung program "Langit Biru" masih banyak yang bisa kita lakukan, misalnya saat ini kebakaran lahan di masa el nino jauh-jauh hari bisa kita eliminasi, bahkan cegah, asal ada kemauan keras dan komitmen yang kuat dari kita semua.

Selanjutnya dapat juga dilakukan dengan langkah mencegah polusi yang luar biasa yang dihasilkan oleh pelaku bisnis yang memperoduksi produknya, dengan jalan mendorong mereka menggunakan mesin ramah lingkungan atau menggunakan bahan baku ramah lingkungan. Bila perlu kita harus memberi subsidi atau insentif kepada pelaku bisnis agar dapat menekan polusi yang dihasilkannya.

Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah setiap kebijakan yang akan kita ambil atau kita jalankan, setidaknya ada dua hal mutlak harus dipertimbangan, yakni pertama dampaknya kepada perekonomian secara keseluruhan dan dampaknya terhadap kondisi anak negeri ini. 

Saya yakin kita tidak bahagia melihat anak negeri ini harus b e r j u a n g sekuat tenaga hanya untuk memenuhi kebutuhannya (mengansur cicilan kredit dan membeli BBM). Saya yakin kita tidak tega mengusik perekonomian negeri ini hanya demi tujuan tertentu saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun