Bunga selain indah dipandang, ia juga merupakan simbol dalam kehidupan manusia modern. Jika kita tilik dari sejarahnya, bunga sudah digunakan sebagai alat komunikasi sejak zaman Romawi.  Seiring dengan perkembangan peradaban dan nilai ekonomi-sosial yang terus berkembang dikalangan anak negeri ini, sehingga bunga sebagai alat  komunikasi  saat ini justru makin marak digunakan bahkan tren permintaannya pun terus meningkat.
Dengan semakin meningkatnya permintaan atau pesanan, maka  sebelumnya bunga asli/alami yang digunakan untuk karangan bunga papan tersebut, kini sudah diganti dengan bunga plastik. Selain mudah memperolehnya (cukup dipesan) juga dari sisi harga belinya jauh lebih rendah dibandingkan jika membeli (pengadaan) bunga asli.
Bila kita simak, penggunaan bunga sebagai alat komunikasi tersebut sudah diterjemahkan oleh anak negeri ini untuk memberikan "ucapan" dalam memenuhi gengsi sosial dan kepentingannya.
Lazimnya setiap hari Sabtu dan Minggu, karangan bunga papan (florist) bertebaran menghiasi/memeriakan suasana hajatan/pesta kedua mempelai  (walimatul ursy), atau dipajang pada rumah duka untuk mengisyaratkan sebagai tanda ikut berduka  dikala ada "musibah" (anggota keluarganya dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa) atau pada hari tertentu dipasang untuk menambah "gebyar"/meramaikan  suasana pembukaan unit usaha baru, dan yang lebih penting lagi karangan bunga papan  tersebut  sebagai ajang promosi atas produk unit usaha yang baru kita lounching tersebut.
Kini pelaku usaha karangan bunga papan  setiap minggu bahkan boleh dibilang setiap hari diburu konsumen.  Konsumen yang memesan sehari sebelum acara atau hari ini memesan besok sudah harus dipasang/dipajang. Sehingga tidak heran kalau pelaku usaha karangan bunga papan dan tim-nya harus "begadang" demi memenuhi pesanan dan demi menjaga kepercayaan pelanggan.
Status Sosial dan kepentingan lainnya.
Bila kita cermati, pihak/masyarakat/konsumen yang memesan/membeli karangan bunga papan yang bertujuan untuk memberikan "ucapan" dan kepentingan lainnya tersebut, ada tujuan yang tidak "nampak" yakni untuk menyatakan rasa gengsi atau sebagai  "aspek gengsi sosial" bagi yang mengirim-nya.
Ditengah hiruk pikuk kehidupan kalangan menegah atas saat ini adalah bagaimana mereka dapat menonjolkan aspek gengsi sosial mereka dikalangan sesama mereka dan dikalangan pesaing/rival mereka. Tidak berlebihan kalau  aspek gengsi sosial ini saya katakan justru yang lebih menonjol atau yang lebih dikedepankan mereka.
Betapa tidak, biasanya pada bagian bawah ucapan tersebut akan dimuat nama dan status sosial yang memberikan/mengirim karangan bunga papan tersebut, disanalah mereka berlomba-lomba untuk memberikan/mengirim karangan bunga papan yang berukuran besar dan yang lebih bagus, karena akan dilihat/dibaca oleh khalayak, sehingga timbul kesan "wah", "hebat" si A karangan bunga papan-nya besar dan kelihatannya mahal. Ada yang berujar; "wah gengsi kalau saya tidak memberikan/mengirim karangan bunga papan tersebut, teman saya kok memberikan/mengirim, malu saya kalau tidak memberikan/mengirim.
Nah! Padahal ia yang tadinya tidak ada niatan untuk memberikan/mengirim karangan bunga papan tersebut, karena melihat sehari sebelum hari "H" acara,  temannya telah memajang ucapan melalui karangan bunga papan tersebut,maka dengan serta merta  ia pun ikut memberikan/mengirim karagan bunga papan tersebut. Ini bukti bahwa aspek gengsi sosial yang menonjol.
Kemudian, bagi sebagian orang yang memberikan/mengirim karangan bunga papan tersebut ada tujuan tertentu, misalnya karena pada bagian bawah karangan bunga papan ditulis/dibuat nama dan status lainnya tersebut, maka mereka gunakan untuk  "mem-branding diri" karena mau mencalonkan diri selaku anggota legeslatif / kepala daerah atau bagi pelaku usaha bisa juga dimanfaatkan sebagai  ajang "promosi", karena pada bagian bawah karangan bunga papan selain ditulis/dibuat nama pemberi/pengirim terkadang  ditulis/dibuat juga nama/merek usaha pemberi/pengirim. Misalnya pada sudut bawah barangan bunga papan tersebut tertulis "si Z direktur PT "Q"