Dari fenomena ini, jelas memperlihatkan kepada kita bahwa masyarakat masih merasa keberatan adanya kenaikan BBM tersebut, masyarakat kelihatannya masih mau mencari harga alternatif yang terjangkau dan tidak menyulitkan mereka.
Anterean Kendaraan Masih Seperti Semula!
Menurut pantauan saya, walaupun sudah resmi terjadi kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar, namun antrian panjang kendaraan yang terjadi di SPBU-SPBU masih saja terjadi. Pemandangan deretan kendaraan jenis motor dan mini mobil  serta truk masih saja memadati pinggir jalan sekitar SPBU-SPBU yang ada.
Pemandangan antrian kendaraan seperti itu selama ini tidak pernah terjadi, begitu ada informasi akan terjadi kenaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar atau BBM bersubsidi tersebut dan begitu dirasakan sulitnya memperoleh atau membeli BBM jenis Pertalite dan Solar (terutama Solar), maka pemandangan antrian kendaraan tersebut mulai terjadi.
Pemilik kendaraan yang antrian tersebut bukan hanya menghabiskan waktu berjam-jam saja, tetapi ada pengorbanan sosial dan ekonomi yang harus mereka tanggung.Â
Timbul emosi dan biaya (opportunity cost). Bayangkan saja, jika akibat antrian untuk memperoleh/membeli BBM tersebut mereka kehilangan waktu rata-rata satu (1) jam, dan bila dikonfersi dengan nilai uang, betapa besarnya mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh sejumlah uang tersebut.
Harga -- Harga Naik!
Masyarakat tidak hanya dirugikan dari aspek sosial dan ekonomi pada saat antrian untuk memperoleh/membeli BBM saja, tetapi maysrakat pun harus menghadapi permasalahan baru yang muncul akibat kenaikan harga BBM tersebut, harga-harga akan cendrung naik.
Betapa tidak, dengan dinaikkannya harga Solar dan Pertalite, akan mendorong ongkos angkut naik, dengan naiknya ongkos angkut, maka akan mendorong naiknya harga -- harga barang yang diangkut tersebut. Â Sudah menjadi kebiasaan, produsen atau pedagang seenaknya, berdalih menaikkan harga karena harga BBM naik.Â
Padahal, bila ditelusuri tidak semua harga barang harus mengalami penyesuaian harga. Itulah fakta yang terjadi dilapangan. Kalau sudah begini, ruwet, rumit, pusing dan seterusnya. Tinggal tanya saja pada rumput yang bergoyang (meminjam lirik Ebit G Ade)
Untuk mengakhiri tulisan sederhana ini, mari kita merenung kembali, apakah BBM yang sudah dinaikkan tersebut perlu ditinjau ulang dengan mengembalikan pada harga semula.Â