Pengalaman saya dengan kartu kredit dimulai semenjak usia remaja -- waktu itu saya masih SMP tetapi Ayah saya sudah memberikan kartu kredit (kartu tambahan beliau, tentu saja) untuk saya gunakan. Tentu saja tetap diwanti-wanti karena pembelanjaan saya harus dibayar dari uang saku, walaupun beliau yang membayar iuran tahunan.
Sewaktu saya mulai bekerja dan mendapatkan gaji pribadi, saya memutuskan untuk memiliki kartu kredit sendiri, tidak lagi nebeng dengan orang tua. Di tahun-tahun awal kepemilikan kartu kredit ini juga, saya mendapatkan nasihat dari seorang bapak yang saya pegang teguh sampai detik ini.Â
Bapak yang saya lupa namanya ini adalah salah satu responden untuk proyek penelitian yang berhubungan dengan kepemilikan kartu kredit, karena saya bekerja di salah satu perusahaan riset pasar.
Ada dua hal yang disampaikan ke saya
PERTAMA: Jangan perlakukan kartu kredit sebagai sumber dana, tapi anggap dia sebagai pengganti uang tunai sementara. Artinya, jangan pernah gesek kartu kredit kamu, kalau kamu tidak punya uang tunai senilai belanjaan.
Prinsip inilah yang total menjadi panduan saya dalam menggunakan kartu kredit sampai saat ini. Walaupun batas kartu kredit saya cukup besar, tapi saya tidak pernah menggunakan kartu kredit jika saya tidak yakin bahwa saya ada dana tunai yang sama nilainya dengan belanjaan saya. Bahkan untuk pembelian tiket dan hotel sekalipun (ini nanti berhubungan dengan poin kedua).
Biasanya saya menabung dulu, atau membuat catatan dana yang akan disisihkan bulan depan sebelum menggunakan kartu kredit. Untuk saya, kartu kredit sekarang ini lebih menjadi alat pembayaran untuk pembelanjaan online (dihubungkan ke PayPal) atau ketika ada di luar negeri, atau untuk mencari promo.Â
Tetapi tetap, saya sudah ada anggarannya. Intinya kalau saya tidak yakin bisa membayar, saya tidak akan gunakan kartu kredit tersebut.
KEDUA: Selalu bayar lunas kartu kreditmu, jangan pernah sisakan walau sedikit, apalagi hanya membayar cicilan minimum. Karena bunga kartu kredit itu besar, nanti lama-lama akan membebani kamu sendiri
Ini juga hal yang SELALU (ya, S-E-L-A-L-U) saya lakukan. Jadi berapapun tagihan kartu kredit saya, selalu dibayar lunas. Maka dari itu poin pertama dan poin kedua selalu berkaitan erat untuk saya. Karena saya harus bayar lunas, maka saya harus yakin saya ada dana tunainya.
Saya sudah lihat sendiri anggota keluarga yang terpaksa berurusan dengan debt collector karena meminjam sampai batas kartu kredit, tetapi tidak ada dana untuk membayar. Atau anggota keluarga yang membayar hanya sebagian dari hutang kartu kredit akhirnya lama-lama menjadi bukit dan harus berjibaku melunasinya.