Komunikasi yang buruk antara pasien dan tenaga medis juga sering kali menjadi penyebab kesalahan diagnosis atau perawatan. Kesalahpahaman dapat terjadi jika komunikasi tidak jelas dan terbuka. Dalam beberapa kasus, kurangnya sumber daya, seperti fasilitas yang tidak memadai atau peralatan yang usang, dapat mempengaruhi kualitas layanan medis. Akses yang terbatas ke teknologi terbaru juga dapat menghambat kemampuan tenaga medis untuk memberikan perawatan yang optimal.
Dampak dari malpraktik tidak hanya dirasakan oleh pasien, tetapi juga oleh tenaga medis dan sistem kesehatan secara keseluruhan. Pasien bisa mengalami kondisi kesehatan yang lebih buruk akibat kesalahan medis, seperti infeksi, kerusakan organ, atau bahkan kematian. Selain itu, kasus malpraktik dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan. Ketidakpercayaan ini dapat menyebabkan pasien enggan mencari perawatan ketika mereka membutuhkannya. Sebagai negara hukum, Indonesia berupaya untuk melindungi hak-hak pasien dan juga menegakkan kewajiban professional tenaga medis, dibuat lah UU Kesehatan.
Pada tanggal 8 Agustus 2023 UU “Omnibus Law” Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan (UUK) disahkan dan berlaku. UUK mengatur mengenai malpraktik medis pada Pasal 440, yaitu bahwa “(1) Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan kealpaan yang mengakibatkan Pasien luka berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 250 juta. (2) Jika kealpaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 500 juta. Dampak malpraktik tidak hanya berupa tuntutan hukum, tetapi juga berdampak pada karir mereka yang terancam dicabut, peningkatan biaya asuransi yang semakin besar dan tentunya akan menimbulkan tekanan psikologis.
Untuk melindungi diri dari malpraktik, penting untuk melakukan edukasi diri. Pengetahuan tentang hak-hak pasien dan pemahaman prosedur medis yang akan dijalani dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik. Komunikasi yang jelas dengan tenaga medis juga sangat penting. Pasien sebaiknya tidak ragu untuk bertanya tentang diagnosis, pengobatan, dan risiko yang terkait. Memilih tenaga medis yang terpercaya, dengan mencari referensi dan ulasan tentang dokter atau rumah sakit, juga merupakan langkah yang bijaksana. Mencatat semua informasi medis dan memberikan informasi yang akurat kepada tenaga medis dapat membantu dokter dalam membuat diagnosis yang tepat. Jika merasa telah menjadi korban malpraktik, melaporkan kasus tersebut kepada pihak berwenang sangat penting. Melaporkan kejadian ini dapat membantu mencegah kejadian serupa di masa depan.
Mengenal malpraktik adalah langkah penting dalam membangun kesadaran tentang perlindungan kesehatan. Dengan memahami apa itu malpraktik, penyebabnya, dan dampaknya, pasien dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dan memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang aman dan efektif. Edukasi serta komunikasi yang baik antara pasien dan tenaga medis adalah kunci untuk mencegah malpraktik dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H