Mohon tunggu...
Ameylia Adzkya
Ameylia Adzkya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Uin Sunan Kalijaga (23107030121)

.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Memahami Sindrom Peter Pan, Serta Mengetahui Penyebab dan Cara Menanganinya

2 Juni 2024   20:32 Diperbarui: 2 Juni 2024   20:49 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Doc. Artfinder by Pinterest

Pada dasarnya orangtua ingin mempunyai parenting atau pola asuh yang terbaik untuk anak anaknya. Namun jika berlebihan juga tidak baik. Salah satunya seperti pola asuh orang tua yang terlalu permisif atau dalam artian orangtua terlalu memberikan kebebasan kepada anak, sehingga memberikan dampak yang buruk terhadap anak seperti sindrom peter pan.

Dalam dunia psikologi serta Kesehatan mental, istilah sindrom peter pan lebih merujuk pada pola perilaku maupun sikap seseorang, yang umumnya sudah dewasa namun selalu menolak untuk tumbuh dewasa dan lebih memilih untuk hidup dalam zona nyaman. Istilah nama sindrom peter pan tersebut, diambil dari karakter fiksi pada novel yang berjudul "peter pan", karya J.M. Barrie yang selalu menolak untuk tumbuh dewasa dan selalu lebih memilih hidup dalam dunia fantasi.

Sindrom peter pan, juga melibatkan seseorang yang merasa sulit, serta enggan untuk bertanggung jawab pada kewajiban yang sudah terkait dengan dewasa, keuangan, dan kehidupan secara umum. Biasanya orang yang mempunyai sindrom peter pan cenderung menolak pada peran maupun tugas dewasa, serta lebih cenderung berperilaku seperti anak-anak daripada orang dewasa. Namun, setiap orang mempunyai sifat kanak-kanak secara alami, namun jika perilaku tersebut sudah membuat seseorang tidak bisa menjalani kehidupannya, kondisi tersebut harus segera diatasi.

Adapun penyebab terjadinya sindrom peter pan yaitu, dapat ditelusuri di berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan individu selama masa kanak-kanak mereka sampai masa remaja. Adapun beberapa faktor faktor lainnya seperti, kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga, lingkungan keluarga yang kurang mendukung akan menyebabkan seseorang sulit untuk mengembangkan keterampilan sosial serta emosional yang akan dibutuhkan pada masa dewasa, tekanan sosial serta budaya juga dapat memberikan tekanan terhadap perilaku sindrom peter pan, serta pengalam trauma.

Perlu untuk dipahami bahwa sindrom peter pen bukanlah kondisi medis yang secara resmi diakui, tetapi lebih biasa disebut dengan istilah deskriptif untuk pola perilaku, serta mengetahui pola perilaku yang kompleks. Oleh karena itu, untuk mengobati atau menghilangkan perilaku sindrom peter pan lebih mengacu pada pendekatan terapeutiek sesuatu yang berkaitan dengan terapi. Adapun beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengobati sindrom peter pan seperti, terapis psikolgis, dukungan sosial, pemantauan medis, serta Pendidikan.

Mestinya setiap individu memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, lalu pendekatan yang paling efektif akan bervariasi juga dan tergantung pada kondisi serta situasi individu tersebut. Dengan demikian, memahami asal mula sindrom peter pan akan membuka jendela pengetahuan bagi kita untuk melihat bagaiman lingkungan sosial dapat mempengaruhi perkembangan psikologos seseorang hingga pada tahap dewasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun