Mohon tunggu...
Amer Sabili
Amer Sabili Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Kesehatan atau Ekonomi?

15 November 2020   18:30 Diperbarui: 15 November 2020   18:46 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Menjadi manusia yang hidup di abad 21 ini harus selalu siap dalam menghadapi wabah dalam skala besar khuusunya pada zoonotic. Zoonotic adalah penyakit yang awal penyebarannya berasal dari hewan-hewan liar. Ketika interaksi antara manusia dengan hewan-hewan liar meningkat karena jarak antara hewan-hewan liar dengan manusia menjadi lebih dekat memiliki faktor yang beragam. Seperti, pembukaan lahan besar-besaran yang dapat kita lihat dalam beberapa abad terakhir. Kuman-kuman yang awalnya berada dalam tubuh binatang ini kemudia beradaptasi, karena lingkungannya mengalami perubahan. Adaptasi pada kuman ini adalah berupa mutasi, yang pada akhir dari mutasinya kuman ini dapat melewati batas spesies barrier. Dengan semakin dekatnya jarak antara manusia dengan hewan-hewan ini menyebabkan perpindahan kuman atau virus yang mengalami mutasi itu ke manusia. Ketika hadir dalam tubuh manusia, virus mengakibatkan dampak yang berbeda, yang kemudian menghasilkan gejala-gejala yang merugikan kesehatan.

Maret 2020 menjadi awal kasus penyebaran wabah virus Covid-19 di Indonesia. Pemerintah pun menetapkan Covid-19 sebagai jenis penyakit dengan faktor resiko yang menimbulkan kedaruratan kesehatan pada masyarakat. Berbagai upaya dilakukan demi memutus rantai penyebaran dari virus Covid-19 ini. Mulai dari karantina wilayah, social distancing (PSBB), hingga lockdown. Kini sudah memasuki bulan ke-9 setelah ditetapkannya Covid-19 ini sebagai pandemi di Indonesia. Banyak sekali perubahan yang sudah kita lewati selama beberapa bulan kebelakang. Pandemi Covid-19 ini memberi pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial yang ada di masyarakat. Hampir seluruh negara di dunia ini mengalami dampak dari adanya pandemi Covid-19, tidak terkecuali Indonesia.

Tata letak geografi kota yang menjadi pusat terjadinya interaksi sosial menimbulkan asumsi bahwa perkembangan kota dan penyebaran penyakit adalah hal yang berjalan beriringan. Tidak heran intensitas angka penyebaran virus Covid-19 terjadi di kota-kota besar seperti Wuhan, New York, dan Jakarta. Semakin gencarnya pembangunan yang terjadi di kota pada setiap sektor menimbulkan terjadinya interaksi yang semakin besar, hal ini yang kemudia membuat penyebaran suatu penyakit lebih mudah terjadi di perkotaan. Dengan hidup di era seperti ini, kita harus siap dengan persebaran penyakit yang mengikuti arus perkembangan. Siap dalam arti membangun infrastruktur sosial, terutama infrastruktur kesehatan.

Dengan upaya dan kebijakan pemerintah dalam membatasi aktifitas masyarakat di masa pandemi, tentunya memberikan dampak sosial ekonomi yang cukup besar. Urgensi kesehatan masyarakat yang menjadi fokus dalam penanganan penyebaran Covid-19 memberi dilema dalam masyarakat. Di satu sisi kegiatan ekonomi mengalami keterpurukan dengan adanya pembatasan sosial, namun di sisi lain kesehatan menjadi hal yang lebih diperhatikan mengingat pandemi ini memberi dampak darurat kesehatan pada masyarakat.

Selain dampak yang sudah dijelaskan sebelumnya, pandemi ini juga memberi efek domino yang cukup signifikan. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi, pandemi virus Covid-19 ini memberi dampak yang sangat struktural. Dimana ketika suatu faktor sosial mengalami urgensi, maka akan berdampak juga terhadap faktor-faktor lainnya. Dengan kata lain, teori struktural fungsional adalah teori yang relevan untuk keadaan ini. Darurat kesehatan pada masyarakat mendorong pemerintah dalam membuat kebijakan. Tingginya angka persebaran mengharuskan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Dengan diberlakukannya PSSB juga memberi efek terhadap sektor ekonomi, pembatasan yang dilakukan mengakibatkan banyaknya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini dilakukan karena banyak perusahaan yang mengalami defisit, hal inilah yang mengharuskan perusahaan untuk melakukan PHK terhadap karyawannya. Tingginya kasus PHK yang terjadi di masa pandemi ini memberi dampak meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran di Indonesia. Angka kemiskinan dan pengagguran yang sudah tinggi sebelum adanya pandemi sudah menjadi fokus pemerintah dalam menangani hal tersebut, ditambah lagi kini dengan adanya PHK yang membuat angka kemiskinan dan pengangguran kian bertambah.

Darurat kesehatan yang juga semakin mengalami tekanan menimbulkan kepanikan sosial pada masyarakat. Hal ini kemudian memberi efek domino pada masyarakat dalam sektor kebutuhan. Seperti yang kita ketahui pada awal penetapan pandemi di Indonesia, masyarakat berbondong-bondong dalam membeli sembako. Tingginya tingkat kebutuhan masyarakat yang tidak seimbang dengan ketersediaan barang menimbulkan adanya kelangkaan. Hal ini disebabkan karena kepanikan sosial yang terjadi di masyarakat. Selain sembako, alat kesehatan seperti masker dan handsanitizer merupakan barang yang menjadi prioritas dalam menghadapi masa pandemi. Dengan kasus yang sama, Indonesia mengalami kelangkaan masker medis pada awal pandemi ditetapkan. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang menimbun masker yang kemudian menyebabkan sulitnya mencari masker medis di pasaran. Tenaga medis yang menjadi gugus terdepan pun ketika itu harus menanggung resiko dengan merawat pasien tanpa alat kesehatan yang memadai.

Dampak yang ditimbulkan pandemi ini pada akhirnya akan selalu mempengaruhi sektor lain yang di dalam masyarakat. Ketika kesehatan pada masyarakat mengalami kedaruratan, maka pemerintah harus mengambil sebuah tindakan yang mana tindakan dalam kebijakan yang dibuat juga pastinya akan memberikan efek pada sektor lainnya. Fungsional struktural menjelaskan, jika dalam suatu sistem terdapat satu faktor yang mengalami disfungsi maka akan memberi dampak pada faktor lainnya.

Selain ekonomi dan kesehatan, adanya pandemi ini juga memberi guncangan politik di Indonesia. Ketika pemerintah dibuat dilema untuk memilih memprioritaskan kesehatan atau ekonomi, yang kemudian kebijakan yang dibuat pun akan selalu mengalami perubahan. Kebijakan yang selalu mengalami perubahan pun akan menimbulkan krisis kepercayaan pada masyarakat. Masyarakat akan menganggap bahwa pemerintah tidak tegas dalam membuat kebijakan dalam menangani wabah Covid-19. Krisis kepercayaan masyarakat pada pemerintah juga akan membuat pandemi akan semakin lama berakhir. Mengingat dengan kebijakan yang tidak tegas maka akan membuat masyarakat semakin sulit untuk diarahkan.

Melihat keadaan ini, penulis berharap masyarakat dan pemerintah dapat bersinergi untuk dapat menghadapi pandemi ini bersama-sama. Karena dalam fungsional struktural suatu sistem akan berjalan dengan apabila jika seluruh subsistem yang ada dapat berfungsi dengan semestinya. Pemerintah diahrapkan mampu membuat kebijakan yang tepat dalam memahami kondisi yang dialami saat ini. Selain itu pemberian bantuan berupa sembako adalah hal yang sampai saat ini masih dibutuhkan khususnya masyarakat mengengah kebawah. Masyarakat pun dalam hal ini harus turut berperan aktif dalam membantu pemerintah menangani pandemi ini. Gotong royong adalah budaya Indonesia yang sudah mendarah daging. Hal ini mungkin dapat menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan dalam penanganan Covid-19, dimana masyarakat dengan kemampuan ekonomi yang baik harus membatu masyarakat yang membutuhkan. Karena tanpa adanya campur tangan dari masyarakat, pemerintah pun akan sulit dalam menangani semua ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun