Setiap orang pasti pernah merasakan kegagalan dalam hidup, termasuk dalam bidang pendidikan. Namun, bagaimana kita memandang dan menghadapi kegagalan itu akan sangat menentukan perjalanan hidup kita ke depan. Banyak orang mendapatkan nilai merah di rapor adalah pukulan besar bagi mereka. Rasanya seperti seluruh dunia runtuh. Saya takut menghadapi guru, teman-teman, bahkan orang tua saya. Sebagai anak yang selalu berusaha keras untuk membanggakan mereka, kegagalan ini membuat saya merasa tidak berguna. Dalam artikel ini, saya ingin berbagi pengalaman pribadi tentang menghadapi kegagalan di dunia pendidikan, serta pelajaran berharga yang bisa diambil dari pengalaman tersebut. Banyak juga orang yang merasakan kegagalan dalam pendidikan seperti tidak diterima di universitas negeri dengan jurusan yang ia inginkan. Mendapatkan nilai buruk dalam ujian atau turun rankingnya. Biasanya mereka selalu dibangga-banggakan oleh keluarganya. Saat akan menghadapi ujian masuk ke universitas negeri, sudah mengikuti bimbingan belajar. Berlatih, belajar kira-kira soal apa yang akan keluar dalam ujian tersebut.Â
Ketika Kegagalan Menjadi Batu Loncatan
Saya tidak pernah menyangka bahwa kegagalan pertama yang saya alami dalam pendidikan. Tidak diterima di universitas negeri melaksanakan ujian. Beberapa hari setelah ujian diumumkan hasilnya di sebuah koran. Nama saya tidak ada dalam koran tersebut. Namun, dari situlah saya mulai belajar bahwa kegagalan tidak selalu menjadi akhir dari segalanya.
Pelajaran Pertama: Menerima Kegagalan dengan Lapang Dada
Ketika ibu saya mengetahui hal tersebut, reaksi mereka jauh dari apa yang saya bayangkan. Saya pikir mereka akan marah besar, tetapi beliau justru mengajak saya berbicara dari hati ke hati. Mereka mengatakan bahwa nilai buruk bukanlah sesuatu yang memalukan, melainkan sinyal bahwa ada hal yang perlu diperbaiki.
Pesan mereka sangat sederhana: "Gagal itu wajar. Tapi bagaimana kamu bangkit dari kegagalan itu yang akan menentukan siapa dirimu."
Penerimaan ini menjadi menjadi langkah pertama saya untuk memperbaiki diri. Saya menyadari bahwa terus menyalahkan diri sendiri hanya akan membuat saya semakin terpuruk.
Pelajaran Kedua: Mengidentifikasi Kesalahan
Setelah menerima kegagalan, saya mulai merenung tentang apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa saya tidak diterima di universitas tersebut. Saya menemukan beberapa alasan:
Saya terlalu percaya diri karena merasa sudah menguasai materi.