Saat ini mencari pasangan tak sesulit dulu. Kemajuan teknologi memudahkan para dewasa muda memilih calon pasangan mereka hanya melalui berbagai aplikasi kencan daring seperti Tinder, Bumble, Tantan dan lainnya. Benarkan kemudahan ini mendorong perilaku ghosting semakin tinggi pada relasi romantis muda masa kini?Â
Dewasa Muda dan Pencarian PasanganÂ
Secara psikologis, individu dewasa muda berusia delapan belas sampai empat puluh tahun memiliki tugas untuk berkomitmen dalam hubungan romantis. Menurut Santrock (2014), setidaknya manusia harus memenuhi setiap tugasnya di tiap tahap perkembangan untuk dapat memasuki tahapan perkembangan selanjutnya.Â
Tugas perkembangan ini juga menjadi penting untuk dilaksanakan agar kesejahteraan psikologis individu dapat tercapai dan terhindar dari konflik psikis. Keberhasilan tugas perkembangan akan menghasilkan hubungan yang sehat, bahagia, langgeng, serta mampu mengembangkan keutamaan cinta. Secara sederhana, individu akan bebas dari perasaan kesepian atau rasa terisolasi (Syed dan McLean, 2018).
Selain itu, ada perbedaan universal pada laki-laki dan perempuan dalam preferensi pasangan. Secara umum, perempuan akan memilih pasangan yang memiliki potensi finansial yang tinggi, sedangkan laki-laki lebih menekankan pada daya tarik fisik pasangan mereka (Masoom, 2022). Tentunya preferensi ini mendorong individu dewasa muda, baik laki-laki dan perempuan lebih selektif dalam memilih calon pasangan mereka.
Cinta dan Ghosting
 Komitmen tak akan terbentuk jika tidak ada cinta. Dalam cinta ada tiga komponen utama, yaitu keintiman, gairah, dan komitmen. Keintiman mengacu pada perasaan kedekatan, keterhubungan, dan ikatan dalam hubungan cinta.Â
Gairah mengacu pada dorongan yang mengarah pada romansa, ketertarikan fisik, dan kesempurnaan seksual. Komitmen dalam jangka pendek mengacu pada keputusan bahwa seseorang mencintai orang lain. Sebaliknya, komitmen dalam jangka panjang bermakna untuk mempertahankan cinta tersebut.Â
Kedua aspek dalam komponen komitmen ini tidak serta merta berjalan bersamaan, yaitu seseorang dapat memutuskan untuk mencintai seseorang tanpa berkomitmen pada cinta tersebut dalam jangka panjang, atau seseorang dapat berkomitmen pada suatu hubungan tanpa mengakui perasaan cinta kepada orang lain dalam hubungan tersebut. Cinta yang sempurna dihasilkan dari kombinasi penuh dari ketiga komponen tersebut (Stenberg, 2023).