Mohon tunggu...
Siti Amalia
Siti Amalia Mohon Tunggu... Administrasi - SMPN 17 Kota Bogor

Ketua IGI Kota Bogor

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Ampunan Ibu Menyebabkan Aku Bisa Membaca Al Quran Kembali

14 April 2015   05:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku sebut saja Mawar. Saat ini usiaku tak muda lagi, 65 tahun. Aku terlahir beragama Islam. Selepas SMA aku diterima PNS. Di situlah aku berkenalan dengan laki-laki yang menjadi suamiku. Dia non muslim. Ketika menikah, aku berpindah agama. Keluargaku menentang. Orang tuaku sangat kecewa terlebih ibuku. Beliau sampai tak mengakui aku sebagai anak. Aku dibuang keluargaku.

Tahun 2005 suamiku meninggal. Terbersit pikiranku untuk kembali lagi menjadi seorang muslimah. Namun sulit sekali untuk kembali Islam. 35 tahun aku memeluk agama tersebut, dosaku sudah mengerak menyebabkan sulit tembus cahaya agama. Aku membeli peralatan sholat, buku-buku tuntunan sholat dan doa, serta al quran sebagai langkah awal mempersiapkan keislamanku. Namun yang terjadi adalahsulit bagiku untuk menghafal bacaan sholat, lidahku kaku untuk membaca al quran. Padahal masa kecilku sampai remaja aku mengaji di madrasah sepulang sekolah. Aku menangis setiap hari. Mohon ampun kepada Allah dan minta ditunjukkan jalan. Ketika membuka quran kembali aku tak bisa membacanya. Lidahku terkunci. Ketika belajar sholat pun tak satupun bacaan sholat yang kuingat. Berulang kali seperti itu. Aku berencana datang ke ustadzah untuk mengucapkan 2 kalimat syahadat, namun selalu gagal. Ntah itu dari pihak ustadzah yang ada acara, atau aku yang tidak bisa datang. Selalu seperti itu.

Suatu pagi, di tahun 2010, adikku datang ke rumahku, di saat aku menangis. Aku ceritakan mengapa aku menangis, bahwa aku ingin kembali Islam, namun sulit sekali mengucapkan 2 kalimat syahadat, sulit sekali sholat dan membaca quran. Adikku meminta datang ke rumah ibu, agar prosesi keislamanku di sana dan sekalian selamatan. Adik-adikku mempersiapkan semuanya, termasuk mengundang ustadz. Pada hari yang ditentukan, aku datang ke rumah ibu. Ada-ada saja godaannya, aku jatuh dari motor dan lecet-lecet. Namun tak mengurungkan tekadku untuk kembali Islam.

Keluarga dan sang ustadz dengan sabar menunggu walau aku sudah telat lama sekali. Ada ibuku di kamar. Aku diminta adik untuk menemui ibu dan meminta maaf. Aku menangis memeluk ibu dan mencium kaki ibu. Aku minta maaf. Ibu sempat tak mengenali aku pada awalnya, namun akhirnya mengenali aku lagi. Kami menangis bersama sambal berpelukan.

Keajaiban Allah, aku dengan lancar mengucapkan dua kalimat syahadat yang sebelumnya sangat sulit aku ucapkan. Ketika masuk waktu sholat, aku menunaikan sholat pertama setelah aku menjadi muslimah lagi, Alhamdulillah aku hafal dan lancar mengucapkan bacaan sholat. Aku menangis haru. Setelah sholat aku membaca quran pun aku lancar membacanya. Alhamdulillah, terima kasih ya Allah.

Saat ini aku sudah berhijab, hari-hariku dipenuhi oleh perbaikan-perbaikan amal, agar aku siap dipanggil Allah kapan saja. Semoga Allah mengampuni dosa-dosaku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun