Saya mendapatkan beasiswa Management Training for Teachers dari Dinas Provinsi Jawa Barat ke Adelaide selama 3 minggu. Salah satu acara training adalah berkesempatan mengunjungi sekolah di Adelaide selama 2 hari. Sekolah yang saya kunjungi adalah Blackwood High School. Di Australia, kelas 1 sampai dengan kelas 7 termasuk ke dalam Primary School. Sedangkan High school melingkupi kelas 8 sampai dengan 12. Tujuan kunjungan sekolah ini adalah untuk mengambil ilmu dari Blackwood High School sehingga dapat diterapkan di Indonesia.
Saya mengunjungi kelas teknologi, sains, English as a second language (kelas Internasional), numeracy dan literacy, matematika, bahasa Inggris.
Secara keseluruhan mereka lebih menekankan pada praktek dibandingkan teori. Mereka sudah mengaplikasikan pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari ataupun program komputer. Mereka menekankan pada curiosity dan sangat menghargai pertanyaan dari siswa, sehingga siswanyaman untuk bertanya dan berpendapat.
Ketika saya mengamati handout dan jenis-jenis pertanyaannya sudah menggunakan pertanyaan yang merangsang siswa untuk berpikir tingkat tinggi. Jenis-jenis pertanyaan tersebut misalnya:
1.Informasi apa yang bisa kamu kemukakan dalam merefleksikan kurva pada program komputer yang sudah kamu jalankan? (kelas matematika)
2.Apakah siswa boleh merancang sendiri seragam mereka? Bagaimana pendapatmu? (presentasi siswa pada kelas English as a second language)
3.Apa yang harus delegasi China & Jepang lakukan dalam menyelesaikansengketamereka atas klaim pulau itu? (presentasi siswa pada kelas English as a second language)
4.Setelah membaca grafik yang kamu buat di microsoft exceltentang menghitung denyut nadi, analisislah manakah aktivitas terbaik dari aktivitas skipping saja dibandingkan denganaktivitas skipping dan sit-up? (kelas sains)
5.Bila kamu adalah walikota Adelaide, apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah yang diprotes oleh para demonstran? (kelas bahasa Inggris)
Dan lain-lain.
Guru membuat handout untuk pengajarannya dan mempostingnya di web sekolah. Ketika akan dimulai pembelajaran siswa bisa membuka dengan login menggunakan username & passwordnya. Sehingga mereka tidak bergantung pada buku paket. Sistem penilaiannya menggunakan rubrik.
Ketika saya mengunjungi kelas numeracy & literacy, ada sekelompok siswa yang mengobrol dan tertawa-tawa. Saya disuguhkan bagaimana guru me-manage siswa-siswa tersebut. Keempat siswa tersebut dipindahkan duduknya menjadi berjauhan, kemudian guru mengatakan pada siswa yang menjadi biang kerok bahwa beliau ingin berbicara empat mata dengan siswa tersebut setelah kelas selesai. Sehingga siswa tidak merasa dipermalukan.Siswa diperlakukan sebagai manusia dewasa yang bisa diajak diskusi.
Menurut pengamatan saya pembelajaran di Australia itu materi pelatihan Usaid Prioritas banget & kurikulum 2013! Mulai dari pembelajaran kontekstual, pengaturan perabot kelas, pemajangan karya siswa, pertanyaan tingkat tinggi, penyusunan handout sampai dengan penilaian menggunakan rubrik, semua merupakan materi pelatihan di Usaid Prioritas. Hanya saja mereka kontinu dalam menjalankannya. Kita pun bisa seperti mereka bila semua warga sekolah, pihak-pihak yang terkait dalam pendidikan mempunyai mindset yang sama, mendukung perubahan, dan kontinu dalam menjalankannya.
(penulis adalah district facilitator Usaid Prioritas Kota Bogor Jawa Barat)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H