Barangkali kamu lupa, sebenarnya lebih dari setengah bagian rindu dipenuhi oleh berahi. Agar terlihat santun, kamu samarkan sebagai perasaan takut kehilangan, keinginan lebur dalam satu pelukan, Â atau mengoceh bersama hingga kasur basah. Dan selimut ikut basah.
Aku ingin kamu tahu, aku punya rindu yang asimetris untukmu. Jangan menatapku seperti itu. Aku tidak bercanda. Rindu seperti timbangan berat sebelah. Ketika kamu berteriak ingin memelukku, hatimu meraung ingin mencumbuku. Tidak apa. Sebab rindu, sekali lagi, seperti timbangan berat sebelah. Tidak akan simetris. Sebab kamu selalu menunggu adegan kasur basah.
Aku belajar dari caramu menyembunyikan gairah dan menyamarkan tujuan. Aku tidak tahu apakah ada atau tidak sesuatu yang kaupelajari dariku. Mungkin tabiat berterus terang, pilihan melupakan simbol dan perlambang, atau membuang kebiasaan basa-basi. Seperti rindu, cinta juga asimetris. Tidak apa. Sebab kamu lebih menyukai adegan peluh meleleh selepas cengkerama tubuh.
Barangkali kamu lupa cara menyatakan isi hati selain lewat pelukan dan ciuman. Kebanyakan lelaki memang seperti itu. Menganggap enteng semua perkara dan mengira wanita tak punya apa-apa kecuali lubang pemuas berahi. Seperti rindu, berahi juga asimetris. Tidak apa. Sebab kamu hanya ingin puas sendiri dan abai pada upayaku masturbasi di kamar mandi.
Amel Widya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H