Sudah pagi. Matahari menghangatkan kelopak kembang. Halaman dan sisa-sisa embun menyisakan jejakmu. Di pintu, aku tidak ingin mengingatmu. Sebab pagi dan ingatan kepadamu bisa semakin melemahkan hatiku.
Kembang seperti jiwaku yang rapuh. Wanginya mengundang kumbang dan jari nakalmu. Tiba-tiba aku ingin melihat bagaimana kembang melukaimu, menancapkan duri dan batangnya ke jantungmu, biar kamu tahu rasanya disakiti.
Kupikir aku harus berani melakukan hal gila: berhenti menjadi kembang berahimu. Ingin kutusuk punggungmu dengan batang kembang yang kuruncingkan, sebelum matahari sempat mengantarmu melewati kaki pagar. Tetapi hatiku seperti kembang, tidak tahu cara menyakiti dan melukai.
Amel Widya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H